Tips Membaca Buku Dengan Cara Berbeda

February 07, 2019

Salah satu penyesalan ketika menutup tahun 2018 adalah kenyataan bahwa niat saya untuk menyelesaikan pembacaan 50 buku untuk 2018 Goodreads Reading Challenge, gagal total. Ternyata, saya hanya bisa menyelesaikan tidak sampai 10 buku untuk sepanjang tahun lalu. Ternyata, mengejar kuantitas dalam membaca buku bisa jadi sesulit itu. Apalagi target 50 buku dalam setahun sama artinya dengan kira-kira menyelesaikan satu buku dalam seminggu. Sebenarnya cukup masuk akal, tapi ya, ada kondisi-kondisi tidak terduga yang bisa jadi mempengaruhi keleluasaan waktu dan aktivitas di minggu-minggu tertentu. Saya luput mempertimbangkan.

Photo by Thought Catalog on Unsplash

Selain itu juga banyak faktor penyebab. Yang mendasar adalah saya memang moody-an untuk membaca buku, sama sekali bukan tipe bookworm yang bisa melahap buku sampai habis dengan cepat. Saya cenderung picky dan membaca buku sesuai kebutuhan. Apalagi untuk buku-buku yang terdiri dari bab-bab yang bisa berdiri mandiri, biasanya buku bergenre spiritualitas. Saya punya tendensi untuk memilih membaca bab tertentu saja yang sedang pas dengan situasi saya, yang saya butuhkan saat itu.

Jadi berefleksi pada pengalaman, di tahun ini, saya mencoba untuk lebih realistis untuk target pembacaan buku saya. Hal terpenting bagi saya, saya bisa menikmati pengalaman membaca setiap buku di sepanjang tahun ini.

Tahun 2019 ini, saya ingin mencoba membaca buku dengan cara berbeda. Bagaimana?

1. Menjadi seorang book-bosomed yang memiliki loyalitas tinggi terhadap buku-bukunya dengan tidak lupa membawa kemana-mana. Jadi, setiap waktu luang dan waktu jeda (apalagi di luar rumah) bisa dimanfaatkan dengan membaca buku. Lumayan, daripada mati gaya atau cuma scrolling media sosial tanpa tujuan jelas dengan terpapar konten yang belum tentu berfaedah kan.­

2. Menjadi realistis dalam membaca dan bijak memilih buku yang akan dibaca, menurut signifikansi & urgensi kebutuhan: buku-buku yang memang "butuh dibaca" segera di tahun ini. Sebagai seorang tsundoku, saya sadar bahwa saya perlu kondisi mood yang baik untuk bisa (konsentrasi) membaca buku. Membaca buku kadangkala jadi salah satu kegiatan yang cukup sulit untuk dilakukan. Karena itu, saya mau realistis saja—saya tidak bisa membaca banyak buku, apalagi yang tidak menarik hati. Tahun ini, daripada mengejar kuantitas jumlah buku yang saya baca, saya memilih untuk mengejar kualitas membaca saya—dengan bijak memilih buku mana yang penting untuk dibaca, sesuai kebutuhan, dalam jumlah secukupnya. Memastikan bahwa saya punya tujuan yang ingin dikejar dari pembacaan setiap buku. Misalkan, buku-buku bertemakan pelayanan kemiskinan adalah buku-buku prioritas saya di tahun ini.

3. Membuat daftar dari buku yang ingin dibaca. Mempergunakan fitur dari Goodreads Reading Challenge bisa membantu memantau kemajuan. Setelah mengetahui kira-kira mana saja buku yang ingin diselesaikan baca, sebaiknya memang membuat daftar buku bacaan itu. Memanfaatkan fitur Goodreads Reading Challenge adalah salah satu yang bisa membantu. Apalagi, fitur ini memungkinkan kita meng-update bahkan halaman berapa dari satu buku yang sudah kita selesaikan baca, secara berkala. Sekali lagi, buatlah daftar yang realistis. Bukan seperti daftar bacaan saya di tahun lalu, yang akhirnya gagal total, hehe.

Photo by Christin Hume on Unsplash

4. Berkomitmen menyediakan waktu khusus untuk membaca setidaknya setengah jam setiap hari. Bisa jadi sebelum tidur atau setelah makan malam. Atau memanfaatkan waktu perjalanan atau waktu istirahat. Yang jelas, menyediakan waktu khusus setiap hari bisa membantu menjaga komitmen membaca kita. Setengah jam saja, jika efektif, sudah sangat baik lho.

5. Menikmati pembacaan buku, ditemani minuman hangat atau dingin dan tempat yang nyaman, sebagai salah satu bentuk self-care. Karena tahun ini saya mementingkan kualitas dibanding kuantitas, saya ingin benar-benar menikmati setiap buku yang saya baca. Khususnya, di waktu-waktu khusus yang bisa lebih bersantai (apalagi di weekend), saya akan memilih lokasi yang nyaman untuk membaca dan pendamping (maksud saya, cemilan atau minuman) waktu membaca.

6. Tidak melupakan bookmark atau pembatas buku, serta post-it untuk memberi tanda di halaman-halaman penting. Karena itu, stok pembatas buku atau post-it tidak boleh seadanya, hehe. Beri tanda dengan post-it pada halaman-halaman (ter)penting, sehingga jika nanti-nanti membuka buku yang sama, kita lebih mudah untuk menemukan “harta karun” dari buku itu. Kalau bookmark, sudah jelas ya—untuk menandai halaman terakhir pembacaan buku supaya tidak harus melipat kertas.

7. Mencatat baik, apa-apa saja poin-poin penting dari buku-buku yang sedang dibaca. Supaya lebih berfaedah, catat poin-poin penting buku di dalam jurnal. Dibuat sekreatif mungkin dan ditambahkan catatan personal berisi perenungan terkait.

8. Membuat semacam review buku di dalam tulisan blog, atau halaman Goodreads, sebagai rangkuman seluruh pembacaan dan perenungan ;) Jadi, buku itu bisa berfaedah tidak hanya buat kita, tetapi orang lain juga. Pun ada “kenang-kenangan” dari pembacaan buku kita. Siapatahu, ketika nanti-nanti membaca ulang buku yang sama, “kenang-kenangan”-nya bisa jadi berbeda.

Photo by Nicole Honeywill on Unsplash

Berikut booklist saya untuk 2019 Reading Challenge.

2. Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin, banyak penulis

Udah segitu aja. Sepuluh buku cukup. Lebih baik nanti menambah judul buku dalam daftar daripada menguranginya kan. Semoga daftar ini dapat terselesaikan dengan baik di tahun ini. Semoga membaca buku dengan cara berbeda bisa membantu proses penyelesaiannya.

Selamat membaca, menikmati, dan bersantai dengan buku di tahun 2019!

No comments:

Powered by Blogger.