Tips Membaca Buku Dengan Cara Berbeda
Salah satu penyesalan ketika
menutup tahun 2018 adalah kenyataan bahwa niat saya untuk menyelesaikan
pembacaan 50 buku untuk 2018 Goodreads Reading Challenge, gagal total. Ternyata, saya hanya bisa menyelesaikan tidak sampai 10 buku untuk sepanjang
tahun lalu. Ternyata, mengejar kuantitas dalam membaca buku bisa jadi sesulit
itu. Apalagi target 50 buku dalam setahun sama artinya dengan kira-kira
menyelesaikan satu buku dalam seminggu. Sebenarnya cukup masuk akal, tapi ya, ada
kondisi-kondisi tidak terduga yang bisa jadi mempengaruhi keleluasaan waktu dan
aktivitas di minggu-minggu tertentu. Saya luput mempertimbangkan.
Photo by Thought Catalog on Unsplash |
Selain itu juga banyak faktor penyebab. Yang mendasar adalah saya memang moody-an untuk membaca buku, sama sekali bukan tipe bookworm yang bisa melahap buku sampai habis dengan cepat. Saya cenderung picky dan membaca buku sesuai kebutuhan. Apalagi untuk buku-buku yang terdiri dari bab-bab yang bisa berdiri mandiri, biasanya buku bergenre spiritualitas. Saya punya tendensi untuk memilih membaca bab tertentu saja yang sedang pas dengan situasi saya, yang saya butuhkan saat itu.
Jadi berefleksi pada
pengalaman, di tahun ini, saya mencoba untuk lebih realistis untuk target
pembacaan buku saya. Hal terpenting bagi saya, saya bisa menikmati pengalaman
membaca setiap buku di sepanjang tahun ini.
Tahun 2019 ini, saya
ingin mencoba membaca buku dengan cara berbeda. Bagaimana?
1. Menjadi seorang book-bosomed
yang memiliki loyalitas tinggi terhadap buku-bukunya dengan tidak lupa membawa
kemana-mana. Jadi, setiap waktu luang
dan waktu jeda (apalagi di luar rumah) bisa dimanfaatkan dengan membaca buku.
Lumayan, daripada mati gaya atau cuma scrolling
media sosial tanpa tujuan jelas dengan terpapar konten yang belum tentu
berfaedah kan.
2. Menjadi realistis dalam membaca dan bijak memilih
buku yang akan dibaca, menurut signifikansi & urgensi kebutuhan: buku-buku
yang memang "butuh dibaca" segera di tahun ini. Sebagai seorang tsundoku,
saya sadar bahwa saya perlu kondisi mood
yang baik untuk bisa (konsentrasi) membaca buku. Membaca buku kadangkala
jadi salah satu kegiatan yang cukup sulit untuk dilakukan. Karena itu, saya mau
realistis saja—saya tidak bisa membaca banyak buku, apalagi yang tidak menarik
hati. Tahun ini, daripada mengejar kuantitas jumlah buku yang saya baca, saya memilih
untuk mengejar kualitas membaca saya—dengan bijak memilih buku mana yang penting untuk dibaca, sesuai kebutuhan,
dalam jumlah secukupnya. Memastikan bahwa saya punya tujuan yang ingin dikejar dari pembacaan setiap buku. Misalkan,
buku-buku bertemakan pelayanan kemiskinan adalah buku-buku prioritas saya di
tahun ini.
3. Membuat daftar dari buku yang ingin dibaca.
Mempergunakan fitur dari Goodreads Reading Challenge bisa membantu memantau
kemajuan. Setelah mengetahui
kira-kira mana saja buku yang ingin diselesaikan baca, sebaiknya memang membuat
daftar buku bacaan itu. Memanfaatkan fitur Goodreads Reading Challenge adalah
salah satu yang bisa membantu. Apalagi, fitur ini memungkinkan kita meng-update bahkan halaman berapa dari satu
buku yang sudah kita selesaikan baca, secara berkala. Sekali lagi, buatlah
daftar yang realistis. Bukan seperti daftar bacaan saya di tahun lalu, yang akhirnya gagal total, hehe.
Photo by Christin Hume on Unsplash |
4. Berkomitmen menyediakan waktu khusus untuk membaca
setidaknya setengah jam setiap hari. Bisa
jadi sebelum tidur atau setelah makan malam. Atau memanfaatkan waktu perjalanan
atau waktu istirahat. Yang jelas, menyediakan waktu khusus setiap hari bisa
membantu menjaga komitmen membaca kita. Setengah jam saja, jika efektif, sudah
sangat baik lho.
5. Menikmati pembacaan buku, ditemani minuman hangat
atau dingin dan tempat yang nyaman, sebagai salah satu bentuk self-care. Karena tahun ini saya mementingkan kualitas dibanding
kuantitas, saya ingin benar-benar
menikmati setiap buku yang saya baca. Khususnya, di waktu-waktu khusus yang
bisa lebih bersantai (apalagi di weekend),
saya akan memilih lokasi yang nyaman untuk membaca dan pendamping (maksud saya,
cemilan atau minuman) waktu membaca.
6. Tidak melupakan bookmark
atau pembatas buku, serta post-it untuk
memberi tanda di halaman-halaman penting. Karena
itu, stok pembatas buku atau post-it tidak
boleh seadanya, hehe. Beri tanda dengan post-it
pada halaman-halaman (ter)penting, sehingga jika nanti-nanti membuka buku yang
sama, kita lebih mudah untuk menemukan “harta karun” dari buku itu. Kalau bookmark, sudah jelas ya—untuk menandai
halaman terakhir pembacaan buku supaya tidak harus melipat kertas.
7. Mencatat baik, apa-apa saja poin-poin penting dari
buku-buku yang sedang dibaca. Supaya
lebih berfaedah, catat poin-poin penting buku di dalam jurnal. Dibuat sekreatif
mungkin dan ditambahkan catatan personal berisi perenungan terkait.
8. Membuat semacam review buku di dalam tulisan blog,
atau halaman Goodreads, sebagai rangkuman seluruh pembacaan dan perenungan ;) Jadi, buku itu bisa berfaedah tidak hanya buat kita,
tetapi orang lain juga. Pun ada “kenang-kenangan” dari pembacaan buku kita.
Siapatahu, ketika nanti-nanti membaca ulang buku yang sama,
“kenang-kenangan”-nya bisa jadi berbeda.
Photo by Nicole Honeywill on Unsplash |
Berikut booklist saya
untuk 2019 Reading Challenge.
2. Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin, banyak penulis
Udah segitu aja. Sepuluh
buku cukup. Lebih baik nanti menambah judul buku dalam daftar daripada
menguranginya kan. Semoga daftar ini dapat terselesaikan dengan baik di tahun
ini. Semoga membaca buku dengan cara berbeda bisa membantu proses
penyelesaiannya.
Selamat membaca,
menikmati, dan bersantai dengan buku di tahun 2019!
No comments: