Menjadi Kawan Baik Bagi Diri Sendiri
picture : dreamscape.vision |
Tidak ada
satu orang pun yang bisa selalu siap
untuk menolong kita. Ini adalah fakta penting yang belakangan ini kembali saya
pelajari dan saya renungi. Setiap orang, sedekat apapun hubungannya dengan
kita, dari keluarga, sahabat, sampai pasangan, semuanya pasti memiliki
keterbatasannya masing-masing. Ini fakta penting yang harus kita ingat, kita
terima, dan kita pegang baik-baik.
Keterbatasan,
maksud saya, terkait dengan banyak hal. Kesibukan. Kondisi fisik. Kondisi
mental. Prioritas. Setiap orang terdekat kita, siapapun mereka, memiliki kehidupannya
sendiri. Yang kadangkala memang tidak bisa kita intervensi seenaknya
saja. Mereka pun memiliki kondisinya masing-masing. Mungkin mereka sedang
sangat lelah karena pekerjaan dan butuh waktu tidur yang lebih panjang. Mungkin
mereka sedang sangat tertekan karena masalah yang ada dan mereka pun
membutuhkan waktu pribadi untuk merawat diri sendiri. Saat itu, kita tak bisa
memaksa mereka untuk selalu available untuk
kita.
Karena
itu, saya kira kita perlu berhenti
untuk memiliki high
expectations atau ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap orang lain –
sedekat apapun hubungan kita ke mereka atau sepenting apapun kita bagi mereka
atau mereka bagi kita. Ekspektasi yang terlalu tinggi akan membuat kita kecewa
ketika realita tak sama seperti ekspektasi. Ekspektasi yang terlalu tinggi pun
akan memberi beban tambahan bagi orang terdekat kita. Kita harus belajar
berempati. Kita harus belajar lebih mandiri. Kita harus belajar mengakui bahwa
tidak ada satu orang pun yang bisa selalu siap
untuk menolong kita setiap saat. Kita
perlu diri sendiri.
Ya,
kita perlu belajar menolong diri sendiri.
Bagaimanapun,
akhirnya, hanya diri kita sendiri yang pasti akan selalu ada
disana untuk kita. Di tengah suka maupun duka. Di ributnya dan ribetnya
dunia. Di dalam buntelan benang kusut pikiran dalam kepala. Di dalam acak
adulnya emosi kita. Di masa-masa paling rendah, pun paling tinggi dalam
kehidupan kita. Di keinginan kita untuk lebih didengarkan dan dipahami. Di
keinginan kita untuk lebih disemangati dan bukan dinasehati atau dihakimi.
So, be kind to yourself.
Understand yourself, help yourself. Love yourself at whole.
It doesn’t mean you are selfish, it means you take care and take
responsibility of yourself. Who will take care of that if it is not you?
Untuk
menghadapi masa-masa terberat dan terendah kehidupan kita, kita harus
menyiapkan our
own kit to survive. Kita perlu mengetahui benar dan mencari
sungguh-sungguh cara-cara yang paling strategis untuk deal with our hardest
moments. Our own coping strategies. Our own self-help methods. Ini sangat
penting. Karena jika kita jatuh dan tidak ada siapa-siapa yang available disana
untuk membantu kita bangun, bagaimana? Kita perlu mengandalkan diri sendiri
untuk belajar bangkit, belajar bangun. Tidak
mudah, pasti, tapi bukan berarti tidak mungkin.
picture : seeyourwords.com |
Belakangan
ini, saya sangat terbantu dengan self-compassion dari
Dr. Kristen Neff. Bagaimana saya belajar untuk berhenti bersikap kejam terhadap
diri sendiri dan belajar berbelas kasih pada diri sendiri. Bagaimana saya
belajar untuk menjadi kawan yang baik untuk diri sendiri. Yang sepenuhnya mendukung
dan bukan menghakimi. Yang memilih untuk belajar mengerti daripada banyak kritik
sana-sini. Masa kita bisa baik kepada kawan lain yang bercerita masalahnya pada
kita, tapi kita justru kejam terhadap diri sendiri?
Jadi, jika melakukan kesalahan, kita belajar memeluk diri sendiri dan mengatakan tidak apa-apa pada diri sendiri. Bukannya menyalahkan atau mengata-ngatai diri. Jadi, jika kita mengalami kesulitan atau penderitaan, kita belajar merangkul diri sendiri dan mengatakan ya, ini memang sulit pada diri sendiri. Bukannya menolak mengakui penderitaan dan kesusahan.
Jadi, jika melakukan kesalahan, kita belajar memeluk diri sendiri dan mengatakan tidak apa-apa pada diri sendiri. Bukannya menyalahkan atau mengata-ngatai diri. Jadi, jika kita mengalami kesulitan atau penderitaan, kita belajar merangkul diri sendiri dan mengatakan ya, ini memang sulit pada diri sendiri. Bukannya menolak mengakui penderitaan dan kesusahan.
Kita
perlu belajar menjadi
kawan baik untuk diri sendiri.
Sekali
lagi, karena tak ada satupun orang di muka bumi ini yang bisa selalu ada untuk
kita, setiap saat setiap waktu. Karena hanya diri kita sendiri yang
sebagai gantinya, selalu ada
disana, tersedia sepanjang waktu.
Selamat
menjadi kawan baik untuk diri sendiri :)
No comments: