Lost & Found – Pelajaran Kehilangan di Pesawat

February 05, 2019

Saya sudah duduk tenang di deretan kursi di dalam bandara, sambil menikmati renyah-lembutnya Roti Boy rasa vanilla, obat lapar saya pagi itu, ketika saya sadar bahwa ada satu barang yang tidak kelihatan di dalam tas ransel saya. Sebuah buku jurnal yang teramat penting, dengan hardcover berwarna biru dongker. Jantung saya mulai berdegup kencang, panik. Kemungkinan yang muncul menakutkan saya : sepertinya buku jurnal saya tertinggal di dalam pesawat tadi.

Photo by Leio McLaren (@leiomclaren) on Unsplash

Panik. Saya belum pernah ketinggalan barang apapun di pesawat selama ini. Saya sama sekali tidak tahu bagaimana prosedur yang harus saya jalani untuk mendapatkan buku saya kembali. Belum lagi, melirik jam tangan, sudah hampir sejam berlalu dari jam pendaratan pesawat. Itu berarti, bisa jadi pesawat sudah kembali terbang mungkin bersama buku saya entah kemana.

Ini sama sekali tidak terprediksi. Saya tak pernah tak awas terhadap barang saya di pesawat. Saya yakin sudah memeriksa detail sebelum beranjak keluar kursi penumpang. Hanya saja kali ini, mungkin saya luput. Mungkin buku itu terjatuh atau terselip tak sengaja di sela-sela majalah pesawat, ketika saya sedang membaca-merenung catatan di dalam buku tapi tiba-tiba dan buru-buru harus pergi ke toilet. Jadi saya tidak menyadari bahwa buku jurnal itu ada disana.

Saya mencoba tenang. Buru-buru, saya kembali masuk ke bagian dalam bandara dan menemui petugas. Salah jalan, karena panik dan riweuh dengan dua koper, satu ransel, dan satu tas tangan, sementara saya menempuh perjalanan sendirian—ada dua kali petugas bandara mencegat saya dan menunjukkan jalan yang tepat. Sampai saya akhirnya tiba di tempat pengurusan barang hilang. Disana, segera menceritakan apa yang terjadi dan apa yang hilang, sambil menunjukkan boarding pass. Salah satu petugas perempuan, langsung menghubungi kru lain yang bertugas di bagian bandara tempat pesawat yang saya tumpangi tadi mendarat.

Saya disuruh menunggu. Sebentar ya, mba. Kata mereka.

Ya, terima kasih. Jawab saya. Tapi dengan pikiran yang acak-adul super awut, yang tak bisa saya bagikan kepada mereka. Bagaimana tidak? Buku jurnal itu mungkin sekedar buku jurnal tak berarti bagi orang lain yang menemukan—tapi jelas bukan sekedar buku jurnal dengan hardcover biasa buat saya. Di dalamnya, ada catatan-catatan personal dan perenungan signifikan saya, apalagi yang saya dapat ketika mengikuti Acara Kebelet Hidup dari I Am On My Way 2018. Buku jurnal itu jadi semacam salah satu peta buat saya, dalam pergumulan panggilan hidup. Sengaja saya bawa jauh-jauh dari Depok ke Medan, untuk membantu perjalanan penelusuran panggilan hidup saya. Kehilangan buku ini cukup menakutkan saya. Mengapa harus buku itu yang tinggal dan hilang, kenapa tidak barang yang lain atau malah buku yang lain—saya membawa beberapa buku di dalam tas saya. Apakah ini semacam pertanda dari semesta untuk berhenti saja tentang panggilan hidup yang sedang (berat) saya gumuli saat ini?

Saya tersudut. Panik. Bingung. Tidak merasa siap. Segala ketidakpastian terasa menakutkan.

Sampai petugas memanggil saya dan saya sontak berbalik badan, voila! Petugas sudah berdiri di hadapan saya dengan buku jurnal saya. “Benar yang ini, mba?” tanyanya. Tidak selama yang saya kira.

“Ah ya ya, pak. Benar ini buku saya.” Saya langsung menyambut buku itu dan membukanya. Lega.

“Tulisannya rapih sekali, mba. Tadi saya buka, mencari identitas pemilik,” kata bapak petugas, menambahkan sambil tersenyum—tapi pikiran saya terlalu semrawut untuk merespon apresiasi bapak petugas dengan tepat. Setelah merenungi kembali, saya baru sadar betapa baik dan ramahnya bapak petugas bandara ini.

Setelah mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati petugas yang menolong saya, saya menemukan diri saya sudah terduduk lagi di deretan bangku kosong di ruang pengambilan bagasi. Dengan koper dan tas masih bertumpuk di kereta dorong. Dengan buku jurnal warna biru dongker di atas pangkuan saya.

Buku jurnal biru dongker saya. Lost & found.

Dalam re-refleksi tentang panggilan hidup. Tepat ketika saya membuka buku jurnal saya, halaman yang terbuka terasa tepat untuk situasi-kondisi lost & found ini.


Trust The Process.
Selama kita yakin akan destinasi dan jelas untuk strategi yang akan diambil.

It’s normal dan manusiawi untuk merasa jenuh dan bosan terhadap life purpose
di waktu-waktu tertentu. It’s human nature.

It’s okay to take a break. You need that, to recharge yourself.

If it’s your purpose and calling, it will call you back,
and you can’t run from it.


Saya diam sekian lama. Seperti pesan dari semesta, untuk tidak menyerah terlalu dini. Bahwa sejauh ini, saya memang sudah merasa terlalu lelah, jenuh, bosan, tersudut, untuk bergumul mengenai panggilan hidup yang sama, sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Di sepanjang perjalanan sejauh ini, intervensi-intervensi momen tidak terduga membuat saya semakin lelah dan malah melupa, bahwa saya punya satu panggilan, tujuan hidup yang saya hargai sebegitunya.

Namun, panggilan itu akan seperti buku jurnal biru dongker saya. Lost & found.

Kamu mungkin akan “kehilangan” di satu titik dari perjalanan hidup yang begitu panjang dan melelahkan. Tapi, jika itu adalah panggilanmu, tujuanmu, panggilan itu akan memanggil kembali, dan kamu tidak bisa lari daripadanya. Kamu akan kembali mencari. Dan menemukan.

Proses-proses itu, meski susah, lelah dan berat, adalah seperti sejenis pemurnian. Menguji dan meneguhkan. Menggoncang untuk kembali menguatkan. Sebuah momen pergi, untuk kembali pulang.



p.s. :

Sedikit Informasi Tentang Kehilangan Barang di Pesawat

Jika kamu kehilangan (atau ketinggalan) barang di dalam pesawat, kamu bisa menghubungi bagian Lost & Found dari maskapai pesawat yang kamu tumpangi di bandara. Pastikan, kamu tahu detail barang yang hilang atau tertinggal, juga lokasi dimana kira-kira kamu kehilangan (lokasi dimana barang itu tertinggal). Sampaikan informasi ini lengkap kepada petugas di bagian Lost & Found ya. Jangan lupa juga bawa boarding pass (dari penerbangan dimana barang kamu tinggal atau hilang) dan tanda pengenal kamu, sebagai bukti dan petunjuk bagi petugas bandara.

Fyi, barang-barang penumpang yang tertinggal di dalam pesawat (dan ditemukan) akan dikumpulkan oleh para pramugari-pramugara kok dan diserahkan pada petugas bandara setempat, sebelum akhirnya pesawat terbang kembali. Jadi, kamu tidak perlu kuatir.

Hanya saja, sebaiknya memang kita perlu lebih teliti dan hati-hati dalam memeriksa dan memperhatikan barang-barang yang kita bawa, pakai dan keluarkan di dalam pesawat—supaya kamu tidak perlu berurusan dengan hal lost & found yang lumayan memakan energi dan waktu, seperti saya, yang seharusnya bisa kita pakai bersantai di tempat tujuan, hehe.

No comments:

Powered by Blogger.