Lost & Found – Pelajaran Kehilangan di Pesawat
Saya sudah duduk tenang
di deretan kursi di dalam bandara, sambil menikmati renyah-lembutnya Roti Boy
rasa vanilla, obat lapar saya pagi itu, ketika saya sadar bahwa ada satu barang
yang tidak kelihatan di dalam tas ransel saya. Sebuah buku jurnal yang teramat
penting, dengan hardcover berwarna
biru dongker. Jantung saya mulai berdegup kencang, panik. Kemungkinan yang
muncul menakutkan saya : sepertinya buku
jurnal saya tertinggal di dalam pesawat tadi.
Photo by Leio McLaren (@leiomclaren) on Unsplash |
Panik. Saya belum pernah
ketinggalan barang apapun di pesawat
selama ini. Saya sama sekali tidak tahu bagaimana prosedur yang harus saya
jalani untuk mendapatkan buku saya kembali. Belum lagi, melirik jam tangan,
sudah hampir sejam berlalu dari jam pendaratan pesawat. Itu berarti, bisa jadi
pesawat sudah kembali terbang mungkin
bersama buku saya entah kemana.
Ini sama sekali tidak
terprediksi. Saya tak pernah tak awas terhadap barang saya di pesawat. Saya
yakin sudah memeriksa detail sebelum beranjak keluar kursi penumpang. Hanya
saja kali ini, mungkin saya luput. Mungkin buku itu terjatuh atau terselip tak
sengaja di sela-sela majalah pesawat, ketika saya sedang membaca-merenung
catatan di dalam buku tapi tiba-tiba dan buru-buru harus pergi ke toilet. Jadi
saya tidak menyadari bahwa buku jurnal itu ada disana.
Saya mencoba tenang.
Buru-buru, saya kembali masuk ke bagian dalam bandara dan menemui petugas.
Salah jalan, karena panik dan riweuh dengan dua koper, satu ransel, dan satu
tas tangan, sementara saya menempuh perjalanan sendirian—ada dua kali petugas
bandara mencegat saya dan menunjukkan jalan yang tepat. Sampai saya akhirnya
tiba di tempat pengurusan barang hilang. Disana, segera menceritakan apa yang
terjadi dan apa yang hilang, sambil menunjukkan boarding pass. Salah satu petugas perempuan, langsung menghubungi
kru lain yang bertugas di bagian bandara tempat pesawat yang saya tumpangi tadi
mendarat.
Saya disuruh menunggu. Sebentar ya, mba. Kata mereka.
Ya, terima kasih. Jawab
saya. Tapi dengan pikiran yang acak-adul super awut, yang tak bisa saya bagikan
kepada mereka. Bagaimana tidak? Buku jurnal itu mungkin sekedar buku jurnal tak
berarti bagi orang lain yang menemukan—tapi jelas bukan sekedar buku jurnal
dengan hardcover biasa buat saya. Di
dalamnya, ada catatan-catatan personal dan perenungan signifikan saya, apalagi
yang saya dapat ketika mengikuti Acara Kebelet Hidup dari I Am On My Way 2018.
Buku jurnal itu jadi semacam salah satu peta buat saya, dalam pergumulan
panggilan hidup. Sengaja saya bawa jauh-jauh dari Depok ke Medan, untuk
membantu perjalanan penelusuran panggilan hidup saya. Kehilangan buku ini cukup
menakutkan saya. Mengapa harus buku itu yang tinggal dan hilang, kenapa tidak
barang yang lain atau malah buku yang lain—saya membawa beberapa buku di dalam
tas saya. Apakah ini semacam pertanda
dari semesta untuk berhenti saja tentang panggilan hidup yang sedang (berat) saya
gumuli saat ini?
Saya tersudut. Panik.
Bingung. Tidak merasa siap. Segala ketidakpastian terasa menakutkan.
Sampai petugas memanggil
saya dan saya sontak berbalik badan, voila! Petugas sudah berdiri di hadapan
saya dengan buku jurnal saya. “Benar yang ini, mba?” tanyanya. Tidak selama
yang saya kira.
“Ah ya ya, pak. Benar ini
buku saya.” Saya langsung menyambut buku itu dan membukanya. Lega.
“Tulisannya rapih sekali,
mba. Tadi saya buka, mencari identitas pemilik,” kata bapak petugas,
menambahkan sambil tersenyum—tapi pikiran saya terlalu semrawut untuk merespon apresiasi
bapak petugas dengan tepat. Setelah merenungi kembali, saya baru sadar betapa baik dan ramahnya bapak petugas bandara ini.
Setelah mengucapkan
terima kasih atas kebaikan hati petugas yang menolong saya, saya menemukan diri
saya sudah terduduk lagi di deretan bangku kosong di ruang pengambilan bagasi. Dengan
koper dan tas masih bertumpuk di kereta dorong. Dengan buku jurnal warna biru
dongker di atas pangkuan saya.
Buku jurnal biru dongker saya. Lost & found. |
Dalam re-refleksi tentang
panggilan hidup. Tepat ketika saya membuka buku jurnal saya, halaman yang
terbuka terasa tepat untuk situasi-kondisi lost
& found ini.
Trust The Process.
Selama kita yakin
akan destinasi dan jelas untuk strategi yang akan diambil.
It’s normal dan
manusiawi untuk merasa jenuh dan bosan terhadap life purpose
di waktu-waktu
tertentu. It’s human nature.
It’s okay to take
a break. You need that, to recharge yourself.
If it’s your
purpose and calling, it will call you back,
and you can’t run
from it.
Saya diam sekian lama. Seperti
pesan dari semesta, untuk tidak menyerah terlalu dini. Bahwa sejauh ini, saya
memang sudah merasa terlalu lelah, jenuh, bosan, tersudut, untuk bergumul
mengenai panggilan hidup yang sama,
sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Di sepanjang perjalanan sejauh ini, intervensi-intervensi
momen tidak terduga membuat saya semakin lelah dan malah melupa, bahwa saya
punya satu panggilan, tujuan hidup yang saya hargai sebegitunya.
Namun, panggilan itu akan
seperti buku jurnal biru dongker saya. Lost
& found.
Kamu mungkin akan “kehilangan”
di satu titik dari perjalanan hidup yang begitu panjang dan melelahkan. Tapi, jika itu adalah panggilanmu, tujuanmu,
panggilan itu akan memanggil kembali, dan kamu tidak bisa lari daripadanya. Kamu
akan kembali mencari. Dan menemukan.
Proses-proses itu, meski susah,
lelah dan berat, adalah seperti sejenis pemurnian. Menguji dan meneguhkan. Menggoncang
untuk kembali menguatkan. Sebuah momen pergi, untuk kembali pulang.
p.s. :
Sedikit Informasi Tentang Kehilangan Barang di Pesawat
Jika kamu kehilangan (atau
ketinggalan) barang di dalam pesawat, kamu bisa menghubungi bagian Lost & Found dari maskapai pesawat
yang kamu tumpangi di bandara. Pastikan, kamu tahu detail barang yang hilang atau tertinggal,
juga lokasi dimana kira-kira kamu kehilangan (lokasi dimana barang itu
tertinggal). Sampaikan informasi ini lengkap kepada petugas di bagian Lost & Found ya. Jangan lupa juga
bawa boarding pass (dari penerbangan
dimana barang kamu tinggal atau hilang) dan tanda pengenal kamu, sebagai bukti
dan petunjuk bagi petugas bandara.
Fyi, barang-barang
penumpang yang tertinggal di dalam pesawat (dan ditemukan) akan dikumpulkan
oleh para pramugari-pramugara kok dan diserahkan pada petugas bandara setempat,
sebelum akhirnya pesawat terbang kembali. Jadi, kamu tidak perlu kuatir.
Hanya saja, sebaiknya
memang kita perlu lebih teliti dan hati-hati dalam memeriksa dan memperhatikan
barang-barang yang kita bawa, pakai dan keluarkan di dalam pesawat—supaya kamu
tidak perlu berurusan dengan hal lost
& found yang lumayan memakan energi dan waktu, seperti saya, yang
seharusnya bisa kita pakai bersantai di tempat tujuan, hehe.
No comments: