Photo Shoot: Melirik Kamera
Yang
paling menantang pada awalnya bagi saya di pekerjaan ini adalah tuntutan untuk
bisa fotografi menggunakan kamera DLSR. Bukan karena saya tidak menyukai
fotografi. Saya suka. Saya sudah menyukai fotografi semenjak SMA tapi sayangnya
belum pernah belajar kamera DLSR sama sekali. Hanya punya kamera pocket yang saya rasa cukup. Karena saya
menyukai fotografi sesederhana karena foto-foto itu bisa mengabadikan
momentum-momentum berharga dalam hidup, dalam keluarga, dalam persaudaraan dan
persahabatan. Sesederhana itu. Mirip dengan fotografi yang saya pahami di pekerjaan saya sekarang, karena yang terpenting
adalah foto yang diambil harus bisa bercerita.
Bahkan tanpa perlu penjelasan kata-kata tulisan. Hanya saja, bagi saya ini
tetap saja amibgu dan relatif secara sosiologis. Pemaknaan setiap orang
terhadap sesiuatu (foto) bisa berbeda-beda kan? :) Tapi intinya begitu.
Saya
belajar pelan-pelan. Maklum, kamera disediakan dari kantor dan saya belum cukup
tabungan buat beli kamera DLSR sendiri. Dengan bantuan teman-teman kantor (bang
raymond dan ka abdi) yang membantu mengajari saya fotografi pemula, saya mulai
memahami seni fotografi dalam teknik-metode “yang serius” :)
Sebagai
pemula dalam fotografi “serius”, saya sangat senang jika di lapangan bertemu
anak-anak. Entah masih bayi yang harus digendong ibunya atau sudah anak-anak di
bawah usia 10 tahun yang sudah bisa bebas pecicilan kesana-kemari. Alasannya
sederhana. Karena raut wajah mereka terlihat sangat polos dan lucu di depan
kamera. Bahkan, di momentum shoot yang
tak terduga. Rasanya senang melihat foto-foto itu lagi :”) Berikut saya ikut
mem-posting foto-foto itu di blog
ini. Senang melihat adik-adik kecil ini tepat melihat ke arah kamera :"D
Topi adiknya lucu ya :)) |
Si lincah yang gak betah di dalam gendongan :)) |
Di tengah-tengah :)) |
Menantang kamera banget si adik sulung :)) |
Postingan ini masih berlanjut ke sesi dua ;)
No comments: