Perempuan Yang Tangguh
Photo by Andressa Voltolini on Unsplash |
Perempuan Tangguh, begitulah kau menyebut dirimu. Ketika banyak masalah di
sekelilingmu harus mampu kau lihat hanya dengan kedua bola matamu. Ketika banyak
perkara harus kau lakukan sendiri, dengan tanganmu, dengan kakimu, dengan
kepala dan hatimu. Tapi kadang hati tak ikut terlibat. Perempuan tangguh harus
bisa mengesampingkan perasaannya, demi totalitas pekerjaannya. Totalitas pengorbanannya.
Perempuan Tangguh, begitulah kau mengingini seperti apa kau menjadi. Ketika
menyadari tak ada satupun dari sesamamu di muka bumi yang bisa menjadi tiang
bagi kehidupan bagi orang lain. Setiap orang lemah. Setiap orang harus sanggup
menjadi tangguh demi dirinya senidiri. Tak ingin merepotkan orang lain, tak
ingin membebani. Itulah impianmu. Karena itu, semuanya kau upayakan sendiri.
Perempuan Tangguh, begitulah kau ingin orang menyebut dirimu. Kau yang
berani berbeda menjalani kehidupan yang tak biasa. Yang ritmenya, yang
ukirannya, tak seragam dengan perempuan yang lain. Kau mengukir dan menyanyikan
hidupmu sendiri. Menikmati setiap detailnya, setiap nadanya. Kau yang berani
melawan arus pemikiran umum orang-orang. Menelaah apa yang dianggap wajar dan
baik, tapi ternyata wajar tapi tak baik, atau malah tak wajar tapi baik.
Perempuan Tangguh, begitulah kau menyebut dirimu. Menggambarkannya dalam
lukisan hari-harimu. Bukan seorang perempuan dengan maskulinitas laki-laki. Tapi
seorang perempuan dengan feminitas yang berani. Feminitas yang menolak
kelemahan sebagai imaji seorang perempuan. Feminitas yang menolak
kebergantungan pada laki-laki sebagai hal mutlak bagi seorang perempuan.
Perempuan Tangguh, begitulah kau ingin setiap perempuan menyebut dirinya
sendiri. Bukan perempuan yang menyerah ketika kelemahan menghampiri. Bukan perempuan
yang takut sendiri. Bukan perempuan yang terlalu sibuk menangis dan ber-melancholy ketika patah hati. Bukan perempuan yang terlalu memuja para laki-laki yang tak layak dipuja. Bukan
perempuan yang menyetujui para laki-laki yang mengenakan cap lemah pada
kedirian feminitas mereka yang istimewa.
Bukan
perempuan yang tak pernah menyebut dirinya kuat.
Bukan
perempuan yang tak berani menyebut dirinya kuat karena tak berani berjuang sendiri..
No comments: