Perempuan Yang Tangguh

July 14, 2014
Photo by Andressa Voltolini on Unsplash

Perempuan Tangguh, begitulah kau menyebut dirimu. Ketika banyak masalah di sekelilingmu harus mampu kau lihat hanya dengan kedua bola matamu. Ketika banyak perkara harus kau lakukan sendiri, dengan tanganmu, dengan kakimu, dengan kepala dan hatimu. Tapi kadang hati tak ikut terlibat. Perempuan tangguh harus bisa mengesampingkan perasaannya, demi totalitas pekerjaannya. Totalitas pengorbanannya.

Perempuan Tangguh, begitulah kau mengingini seperti apa kau menjadi. Ketika menyadari tak ada satupun dari sesamamu di muka bumi yang bisa menjadi tiang bagi kehidupan bagi orang lain. Setiap orang lemah. Setiap orang harus sanggup menjadi tangguh demi dirinya senidiri. Tak ingin merepotkan orang lain, tak ingin membebani. Itulah impianmu. Karena itu, semuanya kau upayakan sendiri.

Perempuan Tangguh, begitulah kau ingin orang menyebut dirimu. Kau yang berani berbeda menjalani kehidupan yang tak biasa. Yang ritmenya, yang ukirannya, tak seragam dengan perempuan yang lain. Kau mengukir dan menyanyikan hidupmu sendiri. Menikmati setiap detailnya, setiap nadanya. Kau yang berani melawan arus pemikiran umum orang-orang. Menelaah apa yang dianggap wajar dan baik, tapi ternyata wajar tapi tak baik, atau malah tak wajar tapi baik.

Perempuan Tangguh, begitulah kau menyebut dirimu. Menggambarkannya dalam lukisan hari-harimu. Bukan seorang perempuan dengan maskulinitas laki-laki. Tapi seorang perempuan dengan feminitas yang berani. Feminitas yang menolak kelemahan sebagai imaji seorang perempuan. Feminitas yang menolak kebergantungan pada laki-laki sebagai hal mutlak bagi seorang perempuan.

Perempuan Tangguh, begitulah kau ingin setiap perempuan menyebut dirinya sendiri. Bukan perempuan yang menyerah ketika kelemahan menghampiri. Bukan perempuan yang takut sendiri. Bukan perempuan yang terlalu sibuk menangis dan ber-melancholy ketika patah hati. Bukan perempuan yang terlalu memuja para laki-laki yang tak layak dipuja. Bukan perempuan yang menyetujui para laki-laki yang mengenakan cap lemah pada kedirian feminitas mereka yang istimewa.


Bukan perempuan yang tak pernah menyebut dirinya kuat.
Bukan perempuan yang tak berani menyebut dirinya kuat karena tak berani berjuang sendiri..

No comments:

Powered by Blogger.