Good Reminder: Hey, You Can't Please Everyone

July 03, 2014

Sebenarnya dari awal, kamu sudah memilih untuk melakukan Z. Kamu sudah yakin memang mau melakukan Z. Tapi kemudian kamu bertemu si A. 

Si A berkata, “Harusnya kamu melakukan A dong. Kamu beda sendiri tahu kalau melakukan Z. Semua orang melakukan A.” Dan kamu mulai ragu-ragu untuk melakukan pilihan pertamamu. Kamu mulai melihat sekitar melakukan A dan kamupun kemudian terdorong untuk mengikuti si A untuk melakukan A. Sesepele karena tidak ingin berbeda. tak ingin menjadi non-konformis. Sampai kamu bertemu dengan si B.

Si B menatapmu dengan heran lalu menyela, “Jelek. Kamu itu lebih baik kalau melakukan B. Sungguh.” Dan kamu menyesali mengikuti si A dan mencoba mengikuti apa kata si B. Lalu kamu bertemu si C.

Si C memandangmu dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “Kamu paling baik melakukan C, tahu.” Dan kamu mulai meragukan apa yang sudah kamu lakukan menurut si A dan B, dan berpikir untuk melakukan seperti apa kata si C. Setelah tiga kali berganti, kamupun bertemu si D.


Si D yang masih berkomentar juga terhadap apa yang kamu lakukan, komentar yang lain lagi, “Apa sih yang kamu lakukan? Salah. Yang D. Harusnya kamu melakukan yang D.” Dan? Apa yang kamu lakukan?



Kamu berhenti. Ingin berteriak lantang. Kalau kamu capek.

Kamu capek mencoba menyenangkan hati semua orang. Kamu baru sadar kamu tidak bisa menyenangkan hati semua orang. Kamu hanya perlu mengikuti apa kata hatimu sendiri dan apa yang kamu yakini sebagai kebenaran yang sejati.

Sungguh. Menyerahlah pada kenyataan bahwa pendapat orang itu relatif dan berbeda-beda. Bahkan saling berseberangan dan bersilangan sehingga kamu memang harus memilih salah satu, tak bisa semua. Kamu harus berani untuk terpaksa mengecewakan orang lain sekali-kali dibandingkan kamu mengecewakan diri sendiri karena merasa terpuruk tak mampu menyenangkan hati semua orang yang kamu kenal. Lagipula, pendapat-permintaan-ekspektasi orang lain itu terkadang kejam. Menuntut, memaksa, menekan. Yah, nama kerennya secara sosial saja social pressure. Iya kan?

No comments:

Powered by Blogger.