Let's Talk About Childhood Superheroines
Siapa
bilang bahwa hanya laki-laki yang bisa menjadi pahlawan super? Tentu tidak,
perempuan juga bisa menjadi pahlawan super. Namun, tak bisa disangkal bahwa
pada kenyataannya, film mengenai superhero
sangat-amat banyak dibandingkan dengan film superheroines. Apalagi di masa saya kecil, di era tahun 1990-an. Saya pikir ini juga sebuah bentuk
ketimpangan hasil konstruksi patriarkhi: bahwa laki-laki yang akan selalu memainkan peran sebagai pelindung
para perempuan, karena para perempuan tak bisa melindungi dirinya sendiri. Saat
ini, di tengah gerakan kesetaraan gender yang semakin kuat, saya memang melihat
film superhero tak lagi se-seksis
itu. Para perempuan sudah semakin banyak ditampilkan sebagai superheroines.
Saya
kira anak perempuan juga perlu dan harus diajarkan
bahwa perempuan tak lebih lemah dari laki-laki dan bisa melindungi diri
sendiri. Bahwa perempuan bisa melakukan apa saja, yang bisa dilakukan para
laki-laki. Media memegang tugas penting dalam sosialisasi ini. Dan saya
bersyukur, meski di masa saya kecil, tak banyak tokoh superheroines yang muncul bagi anak perempuan di layar televisi—saya
masih jelas bisa mengingat beberapa tokoh superheroines
yang sukses memberi inspirasi dan pencerahan kepada saya sebagai anak
perempuan. Let’s talk about it today and have
a nostalgia!
1.
Sailor Moon
Siapa
yang tak kenal Sailor Moon? Rata-rata anak 90-an yang senang nongkrong di depan
televisi ketika masa kanak-kanak pasti tahu tentang tokoh superheroine ini. Sailor Moon berawal dari manga yang diciptakan oleh seniman Jepang, Naoko Taekuchi. Sailor
Moon berkisah tentang lima gadis remaja (Usagi/Sailor Moon, Ami/Sailor Mercury, Rei/Sailor
Mars, Makoto/Sailor Jupiter, dan Aino/Sailor Venus) yang mendapatkan kekuatan super dari elemen-elemen alam dan tata surya untuk melawan berbagai musuh jahat.
Apa
yang paling saya suka dari Sailor Moon? Menurut saya, Sailor Moon merupakan tokoh superheroine(s) yang sangat sukses
menandingi para tokoh superhero pada
zamannya. Betapa banyak tokoh superhero (laki-laki)
yang tayang di televisi waktu itu. Sailor Moon tampil sebagai superheroines yang mengajarkan anak-anak
perempuan bahwa perempuan juga bisa menjadi pahlawan super bersama-sama dalam kesatuan atau unity (mereka satu berlima dalam satu tim, yang kemudian bertambah
lebih banyak lagi, maaf saya tidak terlalu hapal, wk). Satu lagi, karena Sailor
Moon, saya jadi lebih gampang menghapal nama-nama planet di tata surya, hahaha.
2. Powerpuff Girls
Kisah
tiga pahlawan perempuan cilik bersaudara ini tayang di Indonesia sekitar tahun
2000-an. Powerpuff Girls diciptakan
oleh cartoon creator dari Amerika
Serikat, Craig McCracken, dan kemudian diproduksi menjadi serial televisi oleh
Hanna Barbera dan Cartoon Network. Kisahnya cukup ringan dan kocak. Powerpuff Girls "lahir" melalui puluhan campuran kimia dan bahan kimia X, dari penemuan Profesor Utonium, yang bercita-cita menciptakan superheroines untuk membuat Townsville menjadi lebih damai tanpa gangguan penjahat. Sejak 2017,
serial kartun ini juga menambahkan satu tokoh baru lagi untuk melengkapi Blossom, Buttercup, dan Bubles. She is Bliss, the first black
superhero in Townsville.
Apa
yang paling saya suka dari Powerpuff Girls? Keluguan dan kepolosan mereka
sebagai gadis cilik, yang rasanya related
banget sama usia saya saat itu. Mereka juga bertiga (sekarang jadi berempat)
dan bersaudara sekeluarga, jadi bukan pahlawan tunggal tapi berjuang untuk
kedamaian Townsville bersama-sama
(saya tak terlalu menyenangi kisah pahlawan tunggal sebenarnya, hw). Kisahnya
juga sederhana, pas dengan usia anak-anak, dengan gambar yang khas serta
warna-warni cerah. Suka! Masih tayang lho di Cartoon Network.
3.
Minky Momo
Meski
tak seterkenal Sailor Moon, Minky Momo memiliki alur cerita yang bagus dan unik
untuk menginspirasi anak-anak perempuan. Berkisah tentang Momo, anak dari Raja dan Ratu Negeri Fenarinansa, yang dikirim ke bumi dengan tugas mengembalikan mimpi dan harapan penduduk bumi. Hal itu dikarenakan sumber sihir negeri
Fenarinansa berasal dari mimpi dan harapan manusia. Masalahnya, saat itu, tidak
ada manusia yang mempercayai mimpi dan harapan lagi di bumi. Di bumi, Minky
Momo dititipkan pada satu keluarga yang tidak punya anak dan ia mulai menolong
penduduk bumi memiliki mimpi-harapan lagi dengan kemampuannya untuk berubah
sebagai perempuan dewasa. Minky Momo diciptakan oleh Kunihiko Yuyama, dari
Jepang, di era tahun 1990-an.
Apa
yang paling saya suka dari Minky Momo? Imajinasi fantasi kartun ini yang secara implisit dan
eksplisit menceritakan bahwa anak perempuan bisa menjadi apa saja ketika
dewasa. Saya ingat saya selalu penasaran, di setiap episode, Momo akan berubah
jadi tokoh perempuan dewasa apa dan bagaimana (berbagai pekerjaan bisa
dilakukan Momo dewasa, yes). Momo juga ditemani dan dibantu oleh tiga hewan
peliharaannya yang lucu-lucu: Sinobu, Mocha, dan Pipiru.
4.
Cardcaptor Sakura
Superheroine favorit nomor dua saya setelah
Sailor Moon, yes, Cardcaptor Sakura! Cardcaptor Sakura adalah serial manga yang
diciptakan oleh Clamp, yang kemudian dibuat jadi serial anime televisi di tahun 1998-an. Cardcaptor Sakura berkisah tentang Sakura Kinomoto, yang secara tidak sengaja membuka sebuah buku berisi Clow Card. Saat buku itu terbuka, semua kartu-kartu ciptaan Clow Reed sebanyak 52 lembar (17 lembar dalam manga) berhamburan ke seluruh penjuru kota Tomoeda. Sakura kemudian bertugas untuk mengumpulkan kembali kartu-kartu itu dibantu makhluk bernama Cerberus, yang muncul bersamaan saat buku itu terbuka.
Apa
yang paling saya suka dari Cardcaptor Sakura? Alur cerita fantasinya tentang
kartu-kartu Clow Reed itu seru sekali. Senang juga dengan kostum Sakura yang selalu
berubah di setiap episode menemukan-menangkap kartu-kartu, karena bantuan
sahabatnya yang sangat berbakat di dunia fashion
designer, Tomoyo Daidouji (yang juga selalu senang dan siap menjadi
dokumenter perjuangan Sakura). Cerita fantasinya dan gambarnya yang sangat
artistik tentang Sakura sebagai superheroine
sangat menarik bagi anak-anak perempuan.
5. Violet Parr dari The Incredibles
(Vi)
Violet
Parr adalah anak sulung dari pasangan Bob Parr dan Helen Parr, dalam keluarga
The Incredibles. Di awal cerita, Violet Parr atau yang akrab disapa Vi
digambarkan sebagai seorang anak perempuan yang cenderung pemalu, ragu-ragu,
kurang dapat bersosialisasi, dan memiliki masalah dengan kepercayaan diri,
sehingga banyak menyembunyikan wajah dan dirinya di balik rambutnya yang
panjang. Nyatanya, kemudian dia menemukan jati dirinya, sebagai salah satu superheroine perempuan remaja yang berkemampuan
luar biasa. Invisibility, force-fields,
levitations, intellect, athleticism adalah kekuatan superpower Vi. Yes, Vi
bisa membuat dirinya tembus pandang, bisa membuat semacam perisai pelindung
medan gaya yang tak bisa ditembus dan dihancurkan. Ia berperan besar pula untuk
keselamatan keluarganya dalam kisah The Incredibles (2004). Kabar baiknya,
setelah hampir 14 tahun tak mendengar kisah mereka, di tahun 2018 ini, The Incredibles 2 akan kembali tayang di bioskop, mengajak kita bernostalgia dengan
cerita lanjutan baru :)
Apa
yang paling saya suka dari Violet Parr? Bahwa sosok perempuan yang kelihatan tidak berdaya
pada awalnya ternyata memiliki kekuatan yang sangat tidak terduga. Ia kelihatan
diam-diam dan biasa saja, tapi ternyata sangat luar biasa. Saya suka bahwa Vi
adalah anak sulung keluarga The Incredible dan karena itu, sebagai seorang
perempuan, pun mengambil tanggung jawab atas kedua adik laki-lakinya. Perubahan
dan progress karakter Vi dalam The
Incredibles benar-benar memberi inspirasi bagi anak-anak perempuan untuk
menemukan jati diri dan kekuatan di dalam diri mereka.
6.
Tokyo Mew Mew
Sebenarnya
saya tidak terlalu mengikuti Tokyo Mew Mew, tapi saya sempat tahu kisahnya dan
terinspirasi juga. Tokyo Mew Mew awalnya adalah sebuah serial manga Jepang yang
ditulis oleh Reiko Yoshida dan diilustrasikan oleh Mia Ikumi, lalu diterbitkan
pertama kali oleh Nakayoshi di tahun 2000-an (saya dan sahabat saya,
Sandiriniha, adalah pembaca setia majalah buku komik Nakayoshi dulu, hw).
Tokyo Mew Mew kemudian diadaptasi menjadi anime.
Tokyo Mew Mew memiliki alur cerita yang sangat menarik, karena membahas dan
secara tidak langsung mengkampanyekan isu perlindungan satwa langka. Berkisah tentang lima remaja perempuan (Ichigo Momomiya, Minto Aizawa, Retasu Midorikawa, Bu-Ling Huang, dan Zakuro Fujiwara) yang terinfus dengan DNA hewan-hewan yang terancam punah, yang memberikan mereka kekuatan khusus dan memampukan mereka berubah menjadi "Mew Mew". Dipimpin oleh Ichigo Momomiya (yang terinfus DNA Iriomote Cat, salah satu kucing asli Jepang yang terancam punah), mereka berusaha melindungi bumi dan alien-alien yang ingin kembali mengklaim planet bumi.
Apa
yang paling saya suka dari Tokyo Mew Mew? Bahwa para anak perempuan juga bisa
menjadi superheroines yang
menyelamatkan bumi, dari sudut pandang sustainabilitas alam. Isu tentang satwa
langka yang diangkat benar-benar menginspirasi. Pun mereka, lagi-lagi saya
sangat senang, karena berjuang bersatu dalam kelompok.
7.
Super Gals!
Gals!
atau Super Gals! adalah manga dan anime karya
Mihona Fuji, yang terbit di akhir 1990-an ke awal tahun 2000-an. Gals! bercerita tentang Kotobuki Ran, gal (para perempuan muda yang senang mengikuti fashion trends di Jepang, kira-kira
begitu, meski saya juga tidak yakin harus bagaimana membahasakannya karena
definisinya memang sulit, maaf, haha) nomor satu di Shibuya Jepang yang masih
duduk di bangku SMA, dan teman-temannya. Ran digambarkan sebagai sosok
sanguinis yang sangat berkeinginan kuat, atletis, dan menarik perhatian. Ia
adalah “pemimpin” gal di jalan-jalan Kota Shibuya. Ran sangat mencintai Shibuya
dan ikut berusaha melindungi Shibuya dari orang-orang tidak bertanggung jawab.
Apa
yang paling saya suka dari Super Gals? Inspirasi dari cerita tokoh-tokoh perempuannya yang
sangat membumi ke kisah anak-anak remaja perempuan sehari-hari. Dengan sekolah,
keluarga, main. Apalagi, saya membaca dan mengikuti kisah Gals! saat sudah
menginjak usia remaja juga. Kisah persahabatan antara Ran, Miyu, dan Aya juga
haru. Kebebasan dan keseruan usia remaja perempuan benar-benar tergambar jelas
dalam manga dan anime ini. Favorit!
Saya
tahu pasti ada kelebihan dan
kekurangan dari setiap childhood
superheroines yang saya sebut dalam daftar ini. Misalnya, baju yang
digambarkan terlalu pendek sehingga
mengobjektivikasi tubuh perempuan katanya. Namun, sekali lagi, dalam
tulisan ini saya memang lebih ingin fokus kepada kenyataan bahwa superheroines dalam daftar ini telah
menolong saya untuk memiliki perspektif yang baru mengenai keperempuanan.
Bahwa, menjadi perempuan, bukan berarti tidak boleh menjadi superheroines. Bahwa, menjadi perempuan,
bukan berarti harus selalu berlindung di balik laki-laki. Bahwa, para perempuan
juga sanggup menciptakan perubahan dan perdamaian dunia. Senang rasanya
bernostalgia hari ini. Thank you for all,
childhood superheroines!
No comments: