Book-Bosomed: Untuk Yang Kemana-Mana Bawa Buku

March 24, 2018
Photo by Maia Habegger on Unsplash
Pernah dengar istilah book-bosomed? Ternyata, ini adalah salah satu istilah wajib yang harus diketahui para pencinta buku. Book-bosomed adalah sematan sebutan bagi orang yang kemana-mana membawa buku. Tampak familiar? Ada yang merasa, haha kok mirip saya ya?


BOOK-BOSOMED (n.) 
someone who carries a book with them at all times.


Pertama kali mengetahui eksistensi istilah ini, saya juga merasa sama. Harus diakui, meski termasuk senang membaca buku, saya tak bisa menyemat sebutan bookworm ke diri sendiri. Saya bukan pembaca buku yang bisa membaca (semua) buku apa saja. Saya justru cukup picky, pilih-pilih, untuk buku yang akan saya baca atau akan saya beli. Hanya saja, jika bicara soal bawa buku kemana-mana, saya nyaris selalu melakukannya.

Memang ada kalanya saya tidak bawa buku kemana-mana, tergantung kondisi-situasi (meski termasuk jarang). Biasanya jika saya memperkirakan bahwa tidak akan ada waktu sama sekali untuk membaca buku, atau perjalanan dilakukan tidak dengan kereta, bis, pesawat, atau mobil (perjalanan dengan sepeda motor misalnya, akan sangat tidak memungkinkan untuk membaca buku). Atau, jika saya pergi ke sebuah acara atau janji dengan tas yang kecil dan akan ribet untuk membawa buku di tangan. Termasuk, ke acara-acara resmi seperti undangan pernikahan, dan lain-lain. Tetapi selain itu? Saya selalu bawa buku kemana-mana. Buku menjadi salah satu barang wajib yang ada di dalam tas saya. Kadang hanya satu, kadang bisa lebih dari satu.

Menjadi book-bosomed dengan kebiasaan bawa buku kemana-mana itu banyak manfaatnya. Apalagi, bagi book-bosomed, saya kira buku dianggap seperti teman baik yang setia mendampingi kemana-mana. Menurut saya, ada lima hal mengapa kebiasaan membawa buku kemana-mana dari book-bosomed sangat bermanfaat.

  1. Mengisi jeda-jeda waktu dengan kegiatan yang lebih bertujuan dan berfaedah. Yha, daripada waktu habis di depan layar smartphone tanpa tujuan jelas atau bengong doang dalam satu atau sekian jam perjalanan di kereta atau bis kan, lebih baik membaca buku dan tambah ilmu pengetahuan?
  2. Cara yang efisien untuk membantu menyelesaikan membaca buku. Daripada menunggu-nunggu waktu khusus untuk bisa baca buku dan ternyata gak ketemu-ketemu juga? Sekali dayung, dua tiga pulau terlampauilah.
  3. Menghindarkan diri dari mati gaya. Khususnya, bagi yang tak bisa diam duduk tenang tanpa aktivitas apapun seperti saya. Misalkan di perjalanan atau ketika harus menunggu. Di perjalanan atau ketika sedang menunggu itu, smartphone bisa habis baterai atau panas kan, tapi buku selalu setia. Bisa siap sedia kapan saja untuk dibaca.
  4. Promosi buku, atau setidaknya rekomendasi buku dan tukaran informasi soal buku, haha. Karena, gak jarang ada temen yang nanya, buku apa tuh? Lihat dong. Atau, pas di kereta, ada aja penumpang lain yang mengamat-amati cover buku penuh tanda tanya. Tentu, sesama pencinta buku dan hobi baca juga ya. Sebaliknya, saya juga selalu begitu kalau melihat teman bawa baca buku, atau ada penumpang lain di kereta bawa baca buku.
  5. Untuk menularkan kebiasaan membaca ke orang lain. Haha, ini mungkin agak sulit ya. Tapi bagi saya, bisa jadi ini menular jika semakin banyak orang yang melakukannya. Siapatahu membaca buku bisa jadi trend di Indonesia, yang meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.


Untuk kebiasaan kemana-mana-bawa-buku ini, mungkin beberapa orang melihatnya apa sih. Mungkin yang ada dalam gambaran imajinasi adalah sosok nerd berkacamata dalam film-film dengan buku setebal kamus semua yang bahkan judul dan covernya tidak menarik untuk dilirik. Siapa bilang harus begitu? Banyak buku yang seru dan cukup tipis-ringan kok untuk dibawa kemana-mana. Buku yang dibawa juga sesuai genre kesukaan masing-masing kan, sudah makin banyak buku dengan cover yang eye-catching kok sekarang. Belum lagi, sekarang sudah banyak e-book yang bisa memudahkan membawa buku kemana-mana juga (meski saya juga masih lebih senang membaca buku non e-book). Book-bosomed juga tak selalu harus menggunakan kacamata. Yang begini-begini termasuk stigmatisasi negatif bagi para pembaca buku. Seolah-olah para pembaca buku itu gak keren atau bergaya ketinggalan zaman.

Saya berharap di Indonesia, semakin banyak pencinta buku dan book-bosomed. Demi meningkatkan tingkat literasi di Indonesia juga. Budaya membaca harus terus dipopularisasi. Apalagi, untuk generasi anak-anak sekarang yang sudah terpapar gadgets dan smartphone sebagai mainan sedari masih bayi.

No comments:

Powered by Blogger.