Kenapa kita manusia cenderung ingin diakui, ingin
dihargai, ingin memperoleh power atas
suatu objek, ingin melindungi pride kita,
ingin mempunyai banyak prestise—banyak
hak istimewa? Kenapa kita manusia cenderung egois, memikirkan
diri sendiri, setengah hati memperhatikan orang lain? Kenapa kita manusia cenderung secara tidak
sadar senang memarginalisasi dan mengeksklusikan orang lain yang tidak
seberpengaruh kita? Kenapa kita manusia
suka berpura-pura untuk sempurna, padahal pada kenyataannya kita amat-sangat tidak sempurna? Kenapa kita manusia takut untuk mengakui bahwa
kita tidak sempurna, bahwa kita juga lemah dan manusiawi, bahwa kita bisa
menjadi tidak rohani?
(Sebuah perenungan,
dalam pembacaan buku Messy Spirituality,
Ketika melihat ke sekeliling diri, tapi tak terkecuali juga ke dalam diri sendiri,
Sekarang ini,
Agustus 2014)
No comments: