Refleksi: Dijagai

August 08, 2014
 
  
Dari pesisir Sulawesi Utara, ketika terapung-apung bersama tim di atas lautan luas Sulawesi di hari gelap malam di dalam perahu kayu mirip sekoci Titanic yang hanya muat 16 orang—ketika motor perahu mati mendadak di tengah perjalanan. Sampai pedalaman Tanah Kalimantan, dimana hutan tampak liar dan medan sangat menantang. Ketika kami harus berjam-jam mengarungi sungai panjang, dan terkadang mendorong perahu panjang langsing bermotor itu karena air surut dan perahu tersangkut di bebatuan dasar sungai. Ketika kami menjelajah hutan pedalaman Kalimantan hanya dengan sepasang sendal, sebuah botol minum berisi air sungai yang dimasak, dan setelan pakaian kaos-celana pendek. Untuk mencari sayur-mayur atau tengkuyung untuk menu makan siang atau makan malam. Tuhan menjaga. Tuhan menjagai. Seperti kata lagu hymn, yang sudah ditulis lebih dari seratus tahun yang lalu (lagu ini ditulis tahun 1800an), yang menjadi penguatan dan peneguhan yang mengantarkanku mengalami perjalanan penjelajahan pedalaman Kalimantan, dua minggu yang lalu. Dimanapun aku, dalam situasi apapun aku, tiap detik, Bapa Surgawi t’rus menjagaku. Bahagia ya, mempunyai Bapa yang 24 jam selalu tak lepas memegang tanganmu erat-erat—meski kau sering tak menyadarinya? Bahagia ya, selalu dijagai meski kau kadang tak menyadarinya?

No comments:

Powered by Blogger.