Memandang Melalui Tembok
Sebuah foto dari liputan di sebuah Pesantren di Parung, Bogor :) |
Kadang, kita harus berjuang melihat melampaui tembok yang menghalangi mata, agar bisa mengetahui realita. Yang sejelas-jelasnya. Yang sebenar-benarnya. Tembok itu, yang kadang menjelma berupa kekuatiran, tuduhan, kecurigaan, traumatisme, pesimisme atau skeptisme, memang mungkin menghalangi pandangan. Tapi adalah pilihan kita, untuk tetap berjuang meruntuhkannya atau berani memandang melampauinya. Atau, membiarkannya semakin keras, kuat, tebal, dan terus menghalangi pandangan kita.
No comments: