Dengan Sederhana, Lalu Pula Natal Tahun Ini

December 30, 2020

 

Bagaimana melalui natal di tengah pandemi? Kata orang-orang yang keliaran di dunia yang tak lagi tepat disebut maya, tahun ini rasa natal jadi beda. Segala serba virtual.

 

Tak ada lagi kumpul-kumpul perayaan karena virus berbahaya. Kumpul-kumpul pindah semua ke sebuah ruang persegi panjang yang diletakkan vertikal atau horizontal di atas meja yang isinya ajaib bisa menampung semua. Tapi, tak semua bisa ikut-serta dalam perayaan virtual.

 

Yang tak bisa ikut-serta harus mengamini natalnya sendiri.

Kau juga salah satunya.

 

Natalmu tahun ini sederhana saja. Sesederhana perayaan kecil di kamarmu bersama kucing-kucingmu. Sesederhana mengenang kasih tak terselami dari Pencipta yang mau menanggalkan semarak dan hebat kemahakuasaan-Nya dengan memilih menjadi serapuh bayi manusia dan mempercayakan diri di dalam gendongan seorang perempuan muda. Pencipta yang memilih lahir jadi miskin, bukan kaya—dalam palungan, di kandang domba. Sederhana saja.

 

Photo by Chris Sowder on Unsplash

Natalmu tahun ini sederhana saja. Sesederhana bisa tersenyum bahagia hanya karena melihat kelap-kelip pohon cemara artisifial mini dengan hiasan pita merah di batangnya yang kauletak di atas tempat tidurmu, di atas beberapa buku. Puluhan buku-buku lain ikut serak di sekelilingnya, meramaikan suasana dengan anehnya. Sesederhana merasa hangat di hatimu menyadari kucingmu duduk tenang menemani di atas kursi merah yang kauletakkan di dekat pintu. Ia juga segera pindah, ikut tidur nyenyak di atas selimut di sebelahmu, ketika sudah saatnya kau mengistirahatkan tubuhmu. Hujan jatuh di luar jendela. Dan, kau sesekali ikut menyanyi bersama lagu-lagu natal yang kaususun dalam playlist khusus di Spotify.

 

Tiga hari ini, lagu-lagu natal mengalun bergantian memenuhi atmosfer ruangan kamarmu dalam ritme uniknya masing-masing. Membuatmu tak lupa bahwa natal tengah dirayakan di seluruh dunia. Satu lagu mengingatkanmu akan kelamnya tahun ini (atau apa sudah dua tahun ya?). Satu lagu mengingatkanmu akan harapan yang masih bisa nyala setelah natal di hatimu kembali tiba:

 

Joyful, joyful, we adore Thee,

God of glory, Lord of love;

Hearts unfold like flow’rs before Thee,

Op’ning to the sun above

Melt the clouds of sin and sadness

Drive the dark of doubt away

Giver of immortal gladness

Fill us with the light of day!

 

(Joyful, Joyful, We Adore Thee—

Henry J. van Dyke, 1907)

 

Di natal kali ini, kau memasak spagetti untuk dirimu sendiri. Tak ingin repot dengan racikan bumbu, kau hanya menuang saus spagetti instan dan menambahkan parutan keju. Jelas bukan masakan mahal. Lalu menikmatinya masih dengan kelap-kelip lampu pohon cemara artifisial minimu dan lagu-lagu natal di Spotify. Sesederhana itu saja.

 

Selama menghabiskan balutan mie dan keju, beberapa refleksi tumpah lagi dalam ingatanmu: perenungan sepanjang tahun ini. Kau terkenang akan Maria dan pelajaran tentang kerendahan hati. Maria, Ibu Yesus, dan catatan kitab Lukas tentangnya: Mary kept all these things to herself, holding them dear, deep within herself (Luke 2:19-20 MSG). Kau terkenang akan Elia yang ingin mati di bawah sebuah pohon arar di padang gurun (1 Raja-Raja 19:4-7 TB). Kau terkenang akan Thomas yang tidak ingin memilih percaya sebelum matanya melihat dan tangannya merasa bukti yang diperlukan hatinya untuk percaya. Baginya, ternyata Kristus tak kecewa dan justru secara istimewa menyapa, memberikan ruang yang cukup luas untuk keragu-raguan Thomas bisa bertemu dengan imannya—setelah itu, kata-Nya: jangan ragu-ragu lagi, tetapi percayalah! (Yohanes 20:24-28 BIMK).

 

Sama seperti Thomas, di natal kali ini, kau ingin sesederhana berucap: Tuhanku dan Allahku! Sebelum hari berganti, natal lewat, dan tahun jadi baru.

 

 

Kau mengingat. Menghitung-hitung. 24. 25. 26. Dan 27. Oh sudah 27 Desember?

Begitupun, tahun ini, lagi-lagi natal telah pergi berlalu. Cepat sekali, katamu.

Cepat dan sesederhana itu.

 

Tapi, kau masih saja menyalakan kelap-kelip lampu pada pohon natal mini dan menyetel lagu-lagu natal pula di Spotify untuk memenuhi atmosfer kamarmu. Sambil mengenang natal yang sederhana dan nyalanya yang tak redup itu. Sambil terus, tak ingin berhenti, belajar menyemat kesederhanaan jadi bagian penting dari hatimu.

 

 

 

p.s. :

Depok, 30 Desember 2020. Selamat hari natal (yang telah lalu).


No comments:

Powered by Blogger.