Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Terbang Domestik Saat Pandemi
New normal akibat
pandemi jelas berdampak pada banyak hal, termasuk penerbangan. Ada perbedaan
protokol kesehatan yang harus diketahui dan dipatuhi agar kita bisa terbang di
masa pandemi COVID-19. Beberapa protokol tambahan yang wajib ini mungkin
membuat urusan terbang lebih rumit, tapi penting untuk memastikan kita dan
orang lain tetap aman, untuk mendukung pemerintah memastikan virus corona tak
menyebar lebih luas dan lebih parah di Indonesia. Apa saja new normal baru yang harus diperhatikan untuk terbang domestik saat
pandemi?
Photo by Jordan Sanchez on Unsplash |
Berdasar pengalaman terbang saya di masa pandemi, berikut lima hal yang butuh diperhatikan baik sebelum terbang domestik :
1. Rapid
test
Selain tiket pesawat, surat
keterangan rapid test dengan hasil
non-reaktif menjadi salah satu syarat wajib untuk terbang domestik di masa
pandemi ini. Wajib. Surat keterangan rapid
test ini bisa diganti dengan surat keterangan PCR atau swab test dengan hasil negatif COVID-19. Ingat juga surat
keterangan rapid test, PCR atau swab test hanya berlaku maksimal 14 hari
dari tanggal tes dilakukan, seperti yang tertera di surat. Bagi daerah yang
tidak memiliki layanan rapid test, PCR
atau swab test, calon penumpang dapat
mengganti dengan surat keterangan bebas gejala seperti influenza yang
dikeluarkan oleh dokter rumah sakit atau puskesmas.
2. Tiba 4 jam sebelum jadwal penerbangan
Ini yang tertulis di persyaratan
maskapai penerbangan yang saya book
terakhir kali di Oktober 2020 ini, beberapa bandara juga merekomendasikan hal
serupa. Mungkin sebagai antisipasi karena dalam kondisi pandemi ini, sistem
pemeriksaan penumpang di bandara juga lebih ketat dan lebih lama. Ketika mengantri untuk check in, ada satu orang penumpang yang panik karena ia baru saja selesai mengurus rapid test sementara pesawatnya sudah boarding dan akan take-off dalam 10 menit. Kebijakan ini mungkin untuk menghindari hal-hal sejenis itu. Sebagai
catatan, surat keterangan rapid test harus
dicek kembali dan distempel oleh pihak bandara dulu, baru kamu bisa check in. Beberapa bandara juga
menyediakan layanan rapid test, PCR,
dan swab test langsung—tapi tentu
saja, meski tergolong cepat dibanding layanan di luar bandara, proses
layanannya tidak bisa buru-buru. Pengalaman saya terakhir kali terbang,
akhirnya saya menunggu kelamaan juga. Ya, mungkin gak perlu secepat itu juga datang
ke bandara (apalagi jika surat-surat kamu sudah lengkap dan valid semua), yang
penting datang jangan mepet waktu
saja karena antrian akan jadi lebih panjang.
3. Masker (dan handsanitizer)
Syarat lain yang wajib dipenuhi dan
dipatuhi adalah penggunaan masker. Kita tidak diwajibkan harus menggunakan
masker medis, yang jelas harus memakai masker sesuai protokol kesehatan. Masker
diwajibkan selalu dipakai, tidak dilepas-lepas. Pihak bandara memang
menyediakan handsanitizer atau tempat
mencuci tangan, tapi mengingat waktu yang dihabiskan di pesawat dan di bandara
cukup lama (pun bertemu dengan cukup banyak orang), membawa handsanitizer sendiri sepertinya
merupakan pilihan yang baik. Bagi yang ingin membeli face shield, maskapai penerbangan juga menyediakan layanan
penjualan kok.
4. Mengisi e-HAC
Yang ini harus diperhatikan baik.
Karena saya sempat tertahan lama di bandara kedatangan, karena kesulitan
menginstall aplikasi e-HAC di gadget saya.
e-HAC ini adalah salah satu syarat wajib lainnya untuk penerbangan domestik. e-HAC
adalah akronim dari electronic Health
Alert Card, atau Kartu Kewaspadaan Kesehatan versi elektronik. Kita wajib
mengisi data diri kita di e-HAC, info tentang daerah asal dan daerah yang
dituju. Mengisi e-HAC bisa dilakukan dengan install
aplikasi e-HAC di gadget kita,
atau melalui website inahac.kemkes.go.id. Setelah mengisi e-HAC, kita akan
mendapat barcode yang harus di-scan petugas bandara sebelum kita check out.
5. Jadwal transportasi umum di bandara berubah
Harus diingat juga kalau jadwal transportasi umum di bandara di masa pandemi bisa jadi berubah. Mulai dari kereta api bandara (seperti kereta api Bandara Kualanamu yang hanya beroperasi 5x sehari dengan jam tertentu), sampai bis bandara. Perubahan jadwal ini disebabkan karena kapasitas penumpang pesawat dan transportasi umum bandara yang berkurang drastis. Untuk yang berangkat ke bandara dengan transportasi umum, kamu perlu juga mencaritahu jadwal jelas transportasi umum bandara yang akan kamu gunakan, supaya penerbanganmu tidak terkendala.
Photo by reisetopia on Unsplash |
Berikut ada beberapa tips tambahan
juga yang mungkin bermanfaat buat penerbanganmu :
1. Pesan tiket pesawat setelah hasil rapid test terbukti non-reaktif
Kalau kamu pesan tiket pesawat
sebelum kamu memastikan kondisi kesehatanmu dengan rapid test, PCR atau swab
test, bisa jadi kamu terpaksa harus cancel
penerbangan jika ternyata hasil rapid
test-mu reaktif (atau positif, untuk PCR & swab test). Lebih baik memesan tiket setelah kamu sudah mendapatkan
hasil rapid test non-reaktif, jadi
kamu sudah pasti bisa terbang. Meskipun ya, memang terpaksa jadi mepet buat pesan tiket, tidak bisa dari jauh-jauh
hari.
2. Kalau bisa saat check-in, minta seat dekat
jendela
Kenapa? Karena seat atau tempat duduk dekat jendela jauh lebih aman daripada seat dekat lorong pesawat yang sering
dilewati penumpang lain atau awak pesawat. Bagaimanapun, menjaga jarak adalah
salah satu protokol kesehatan yang penting untuk diperhatikan. Itu juga mengapa
maskapai akan mengosongkan satu kursi di sebelah penumpang di pesawat, kecuali
untuk yang terbang bersama misalkan satu keluarga. Kemarin, saya dapat seat di 9F (dekat jendela) dan dua kursi
di sebelah kiri saya kosong sama sekali (9D & 9E).
3. Jangan lupa cuci tangan sebelum makan di bandara
atau di pesawat
Ini salah satu yang saya resahkan
juga ketika melirik para penumpang yang santai makan tanpa cuci tangan lebih
dulu atau menggunakan handsanitizer sebelum
makan menggunakan tangan di waiting room bandara
kemarin. Bahkan, jika ingin makan di bandara atau pesawat, seharusnya masker
dilepas dengan hati-hati dan disimpan dengan baik dulu jika ingin dipakai
kembali. Virus COVID-19 bisa menempel di tangan dan di permukaan benda lho, tak
hanya menular lewat interaksi langsung antar manusia. Harus diingat juga, meskipun
semua penumpang yang masuk ke waiting
room menunggu boarding sudah
mengantongi surat rapid test yang
non-reaktif, hasil non-reaktif bukan berarti kita sudah pasti bebas virus
COVID-19. Oh ya, untuk keamanan orang lain juga, lebih baik jangan makan sambil
mengobrol ya!
4. Hindari kerumunan orang, apalagi di waiting room
Meskipun jumlah kapasitas penumpang
pesawat berkurang 50% dari biasanya, ternyata bandara tak bisa dibilang sepi juga.
Yang saya lihat ketika terakhir kali terbang, di waiting room sebelum boarding,
orang-orang cenderung duduk mengumpul di bagian yang lebih dekat dengan gate. Beberapa penumpang juga makan
sambil mengobrol, melepas masker. Saran saya, lebih baik duduk agak jauh dari gate dan lebih jauh dari kerumunan
orang, untuk keamanan. Toh nanti juga gak berebut kok, kita akan dipanggil boarding bertahap berdasar seat (VIP, 1-10, 11-20, 21-30).
5. Better
to stay quiet & not talk to anyone, kecuali benar-benar perlu
Yes, saran yang ini mungkin akan
menyiksa bagi para ekstrover dan membahagiakan bagi para introver seperti saya.
Mau bagaimana lagi? Interaksi sosial langsung memang terpaksa dibatasi saat
pandemi begini. Sebelum berangkat ke bandara, kamu bisa menyiapkan alternatif
kegiatan yang bisa bantu menghabiskan waktu tanpa harus berinteraksi dengan
orang lain. Bagi saya, bawa dan baca buku sangat membantu. Kalau terpaksa harus
berbicara dengan orang lain, apalagi orang asing (penumpang lain atau petugas
bandara, seperti saya yang kemarin perlu menanyakan jadwal boarding pesawat), pastikan kamu menggunakan masker dan tetap
menjaga jarak ya!
Untuk yang terbang domestik di masa pandemi ini, sesampainya
di daerah tujuan, jangan lupa kalau kita bisa jadi membawa virus. Pastikan
langsung sterilisasi diri sendiri dengan mandi (termasuk mencuci rambut), mencuci
pakaian yang dipakai (termasuk kacamata dan masker), dan menaruh barang-barang
yang kita bawa dari daerah asal di tempat yang terasing dan aman dulu. Meskipun
tidak melakukan karantina yang ketat karena hasil rapid test non-reaktif (atau hasil PCR/swab test yang negatif), sebaiknya kita juga tetap memakai masker
dan menjaga jarak aman dengan rekan kerja, kerabat atau keluarga yang ditemui
di daerah tujuan—khususnya, jika bertemu dengan lansia ya!
Stay safe and safe flight! :)
No comments: