Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Terbang Domestik Saat Pandemi

October 15, 2020

New normal akibat pandemi jelas berdampak pada banyak hal, termasuk penerbangan. Ada perbedaan protokol kesehatan yang harus diketahui dan dipatuhi agar kita bisa terbang di masa pandemi COVID-19. Beberapa protokol tambahan yang wajib ini mungkin membuat urusan terbang lebih rumit, tapi penting untuk memastikan kita dan orang lain tetap aman, untuk mendukung pemerintah memastikan virus corona tak menyebar lebih luas dan lebih parah di Indonesia. Apa saja new normal baru yang harus diperhatikan untuk terbang domestik saat pandemi?

 
Photo by Jordan Sanchez on Unsplash

Berdasar pengalaman terbang saya di masa pandemi, berikut lima hal yang butuh diperhatikan baik sebelum terbang domestik :


1.   Rapid test

Selain tiket pesawat, surat keterangan rapid test dengan hasil non-reaktif menjadi salah satu syarat wajib untuk terbang domestik di masa pandemi ini. Wajib. Surat keterangan rapid test ini bisa diganti dengan surat keterangan PCR atau swab test dengan hasil negatif COVID-19. Ingat juga surat keterangan rapid test, PCR atau swab test hanya berlaku maksimal 14 hari dari tanggal tes dilakukan, seperti yang tertera di surat. Bagi daerah yang tidak memiliki layanan rapid test, PCR atau swab test, calon penumpang dapat mengganti dengan surat keterangan bebas gejala seperti influenza yang dikeluarkan oleh dokter rumah sakit atau puskesmas.

 

2.   Tiba 4 jam sebelum jadwal penerbangan

Ini yang tertulis di persyaratan maskapai penerbangan yang saya book terakhir kali di Oktober 2020 ini, beberapa bandara juga merekomendasikan hal serupa. Mungkin sebagai antisipasi karena dalam kondisi pandemi ini, sistem pemeriksaan penumpang di bandara juga lebih ketat dan lebih lama. Ketika mengantri untuk check in, ada satu orang penumpang yang panik karena ia baru saja selesai mengurus rapid test sementara pesawatnya sudah boarding dan akan take-off dalam 10 menit. Kebijakan ini mungkin untuk menghindari hal-hal sejenis itu. Sebagai catatan, surat keterangan rapid test harus dicek kembali dan distempel oleh pihak bandara dulu, baru kamu bisa check in. Beberapa bandara juga menyediakan layanan rapid test, PCR, dan swab test langsung—tapi tentu saja, meski tergolong cepat dibanding layanan di luar bandara, proses layanannya tidak bisa buru-buru. Pengalaman saya terakhir kali terbang, akhirnya saya menunggu kelamaan juga. Ya, mungkin gak perlu secepat itu juga datang ke bandara (apalagi jika surat-surat kamu sudah lengkap dan valid semua), yang penting datang jangan mepet waktu saja karena antrian akan jadi lebih panjang.

 

3.   Masker (dan handsanitizer)

Syarat lain yang wajib dipenuhi dan dipatuhi adalah penggunaan masker. Kita tidak diwajibkan harus menggunakan masker medis, yang jelas harus memakai masker sesuai protokol kesehatan. Masker diwajibkan selalu dipakai, tidak dilepas-lepas. Pihak bandara memang menyediakan handsanitizer atau tempat mencuci tangan, tapi mengingat waktu yang dihabiskan di pesawat dan di bandara cukup lama (pun bertemu dengan cukup banyak orang), membawa handsanitizer sendiri sepertinya merupakan pilihan yang baik. Bagi yang ingin membeli face shield, maskapai penerbangan juga menyediakan layanan penjualan kok.

 

4.   Mengisi e-HAC

Yang ini harus diperhatikan baik. Karena saya sempat tertahan lama di bandara kedatangan, karena kesulitan menginstall aplikasi e-HAC di gadget saya. e-HAC ini adalah salah satu syarat wajib lainnya untuk penerbangan domestik. e-HAC adalah akronim dari electronic Health Alert Card, atau Kartu Kewaspadaan Kesehatan versi elektronik. Kita wajib mengisi data diri kita di e-HAC, info tentang daerah asal dan daerah yang dituju. Mengisi e-HAC bisa dilakukan dengan install aplikasi e-HAC di gadget kita, atau melalui website inahac.kemkes.go.id. Setelah mengisi e-HAC, kita akan mendapat barcode yang harus di-scan petugas bandara sebelum kita check out.

 

5.   Jadwal transportasi umum di bandara berubah

Harus diingat juga kalau jadwal transportasi umum di bandara di masa pandemi bisa jadi berubah. Mulai dari kereta api bandara (seperti kereta api Bandara Kualanamu yang hanya beroperasi 5x sehari dengan jam tertentu), sampai bis bandara. Perubahan jadwal ini disebabkan karena kapasitas penumpang pesawat dan transportasi umum bandara yang berkurang drastis. Untuk yang berangkat ke bandara dengan transportasi umum, kamu perlu juga mencaritahu jadwal jelas transportasi umum bandara yang akan kamu gunakan, supaya penerbanganmu tidak terkendala.


Photo by reisetopia on Unsplash

Berikut ada beberapa tips tambahan juga yang mungkin bermanfaat buat penerbanganmu :


1.   Pesan tiket pesawat setelah hasil rapid test terbukti non-reaktif

Kalau kamu pesan tiket pesawat sebelum kamu memastikan kondisi kesehatanmu dengan rapid test, PCR atau swab test, bisa jadi kamu terpaksa harus cancel penerbangan jika ternyata hasil rapid test-mu reaktif (atau positif, untuk PCR & swab test). Lebih baik memesan tiket setelah kamu sudah mendapatkan hasil rapid test non-reaktif, jadi kamu sudah pasti bisa terbang. Meskipun ya, memang terpaksa jadi mepet buat pesan tiket, tidak bisa dari jauh-jauh hari.

 

2.   Kalau bisa saat check-in, minta seat dekat jendela

Kenapa? Karena seat atau tempat duduk dekat jendela jauh lebih aman daripada seat dekat lorong pesawat yang sering dilewati penumpang lain atau awak pesawat. Bagaimanapun, menjaga jarak adalah salah satu protokol kesehatan yang penting untuk diperhatikan. Itu juga mengapa maskapai akan mengosongkan satu kursi di sebelah penumpang di pesawat, kecuali untuk yang terbang bersama misalkan satu keluarga. Kemarin, saya dapat seat di 9F (dekat jendela) dan dua kursi di sebelah kiri saya kosong sama sekali (9D & 9E).

 

3.   Jangan lupa cuci tangan sebelum makan di bandara atau di pesawat

Ini salah satu yang saya resahkan juga ketika melirik para penumpang yang santai makan tanpa cuci tangan lebih dulu atau menggunakan handsanitizer sebelum makan menggunakan tangan di waiting room bandara kemarin. Bahkan, jika ingin makan di bandara atau pesawat, seharusnya masker dilepas dengan hati-hati dan disimpan dengan baik dulu jika ingin dipakai kembali. Virus COVID-19 bisa menempel di tangan dan di permukaan benda lho, tak hanya menular lewat interaksi langsung antar manusia. Harus diingat juga, meskipun semua penumpang yang masuk ke waiting room menunggu boarding sudah mengantongi surat rapid test yang non-reaktif, hasil non-reaktif bukan berarti kita sudah pasti bebas virus COVID-19. Oh ya, untuk keamanan orang lain juga, lebih baik jangan makan sambil mengobrol ya!

 

4.   Hindari kerumunan orang, apalagi di waiting room

Meskipun jumlah kapasitas penumpang pesawat berkurang 50% dari biasanya, ternyata bandara tak bisa dibilang sepi juga. Yang saya lihat ketika terakhir kali terbang, di waiting room sebelum boarding, orang-orang cenderung duduk mengumpul di bagian yang lebih dekat dengan gate. Beberapa penumpang juga makan sambil mengobrol, melepas masker. Saran saya, lebih baik duduk agak jauh dari gate dan lebih jauh dari kerumunan orang, untuk keamanan. Toh nanti juga gak berebut kok, kita akan dipanggil boarding bertahap berdasar seat (VIP, 1-10, 11-20, 21-30).

 

5.   Better to stay quiet & not talk to anyone, kecuali benar-benar perlu

Yes, saran yang ini mungkin akan menyiksa bagi para ekstrover dan membahagiakan bagi para introver seperti saya. Mau bagaimana lagi? Interaksi sosial langsung memang terpaksa dibatasi saat pandemi begini. Sebelum berangkat ke bandara, kamu bisa menyiapkan alternatif kegiatan yang bisa bantu menghabiskan waktu tanpa harus berinteraksi dengan orang lain. Bagi saya, bawa dan baca buku sangat membantu. Kalau terpaksa harus berbicara dengan orang lain, apalagi orang asing (penumpang lain atau petugas bandara, seperti saya yang kemarin perlu menanyakan jadwal boarding pesawat), pastikan kamu menggunakan masker dan tetap menjaga jarak ya!

 

Untuk yang terbang domestik di masa pandemi ini, sesampainya di daerah tujuan, jangan lupa kalau kita bisa jadi membawa virus. Pastikan langsung sterilisasi diri sendiri dengan mandi (termasuk mencuci rambut), mencuci pakaian yang dipakai (termasuk kacamata dan masker), dan menaruh barang-barang yang kita bawa dari daerah asal di tempat yang terasing dan aman dulu. Meskipun tidak melakukan karantina yang ketat karena hasil rapid test non-reaktif (atau hasil PCR/swab test yang negatif), sebaiknya kita juga tetap memakai masker dan menjaga jarak aman dengan rekan kerja, kerabat atau keluarga yang ditemui di daerah tujuan—khususnya, jika bertemu dengan lansia ya!

 

Stay safe and safe flight! :)

No comments:

Powered by Blogger.