Kebahagiaan Berbagi & Dibagi Buku

April 30, 2018

Kemarin, saya dikirimi (kado) buku oleh sahabat saya, Utari. Tiga buah buku, bergenre spiritualitas kristen, yang judulnya saya pilih sendiri. Pilih sendiri? Ya, karena sahabat saya memang langsung menanyakan secara terbuka pada saya kira-kira buku apa yang menarik bagi saya dan sedang ingin saya beli. Senang? Iya dong. Selalu ada kebahagiaan sendiri di balik setiap kado, teristimewa buku (yang pas seperti yang kita incar dan suka), haha.

"Membeli buku untuk diri sendiri sudah biasa, namun membeli buku untuk orang lain, baru luar biasa."
(foto : by me, Gramedia Blok M Square, Jakarta)
Saya ingat pula di hari ulang tahun saya tahun 2017 lalu, dua dari sahabat saya juga menghadiahi sebuah buku yang sudah lama saya cari, tetapi susah sekali. Buku ini memang imported book, yang tergolong lama dan tak murah, hehe. Vagina Monologue dari Eve Ensler, sebuah buku berperspektif feminis (banget). Saya tak bisa menggambarkan betapa senangnya saya ketika melihat buku itu di balik sampul kado dari mereka. Terkejut juga, karena mereka bisa tahu soal itu tanpa bertanya lebih dulu pada saya sebelumnya (terima kasih, Citien & Justice! hoho).

Ini bukan kali pertama saya dikado (a.k.a dibagi) buku oleh teman atau sahabat saya. Terbilang cukup sering, bahkan. Sejak usia saya masih belasan. Namun, di tengah beberapa kenangan cerita yang sangat menyenangkan di atas, saya tak bisa menyangkal bahwa tidak semua (kado) buku yang diberikan dan dibagi pada saya, memang saya baca atau saya suka. Meski begitu, tentu saya tetap mengapresiasi niat tulus kawan saya dan tetap menambahkannya pada koleksi buku untuk cita-cita home library saya.

Itu soal dibagi buku. Tak jauh berbeda memang dengan perihal membagi buku. Saya pun salah satu orang yang hobi memberikan kado buku bagi teman-teman saya. Biasanya, buku-buku ini merupakan buku yang saya telah baca dan saya rasa bagus sekali, sehingga saya ingin teman-teman saya juga memiliki dan membaca. Jadi, saya biasanya tidak menanyakan lebih dulu judul bukunya dan langsung memilihkan saja, hehe.

Photo by Daria Shevtsova on Unsplash

Namun, belakangan ini, ketika merenungi dan mengevaluasi kembali, saya juga tak terlalu yakin bahwa buku-buku yang sudah saya bagikan semuanya dibaca (atau bahkan dianggap berharga) oleh teman-teman saya itu. Tidak apa sih, bukan salah mereka juga, pikir saya. Saya belajar bahwa tidak semua orang senang diberi buku, karena tidak semua hobi membaca buku. Saya belajar bahwa tidak semua orang yang hobi membaca buku, senang membaca buku apa saja (saya, contohnya). Kebanyakan orang memiliki preferensi genre bukunya sendiri. Bahkan, saya belajar bahwa tidak semua orang sesenang itu jika diberi kado buku, karena bisa jadi bahasa kasihnya (love language) bukanlah kado, tetapi words of affirmation atau quality time. Setiap orang berbeda-beda dalam preferensinya sendiri. Karena itu, untuk kado yang tepat sasaran, saya pun belajar untuk mengenali dengan baik orang yang ingin diberikan kado (apalagi, berbentuk buku) sebelum memilihkan kado. Preferensi genre-nya, apalagi.

Jadi, sekarang saya memperbaharui cara saya untuk menghadiahkan buku kepada orang lain, agar tepat sasaran dan menjadi kado yang menyenangkan hati bagi yang menerima :

1. Saya akan menanyakan langsung judul bukunya, kepada yang ingin dikado buku. Selain secara langsung menanyakan, bisa jadi juga dengan terselubung tentunya—jika masih ingin memberikan kejutan. Menanyakan seputar penulis kesukaan, buku yang sudah pernah dibaca atau sudah dimiliki. Atau bisa jadi preferensi genre atau topik, jika penerima kado lebih terbuka membaca buku dari penulis apapun asalkan dalam satu genre atau satu topik tertentu. Bisa jadi meniru cara sahabat saya yang juga mencaritahu via social media. Biasanya para pencinta buku kadangkala bisa curhat di instastories atau tweet akunnya tentang judul buku yang sedang diincar, seperti saya, haha. Atau jika penerima kado memiliki akun Goodreads dengan shelf sendiri bernama “to-buy” yang updated. Beribu cara sampai ke Romalah ya ;)

2. Jika memang ingin memilihkan judul buku tertentu, pastikan memberikan rekomendasi lengkap mengapa buku bagus dibaca. Saya akan menyampaikannya via kartu yang diselipkan dalam kado, dengan menambahkan tulisan “enjoy reading time!” atau akan mengirim pesan Whatsapp jika kado sudah diterima. Intinya, menyakinkan penerima kado bahwa buku yang saya hadiahkan sangat bagus dan recommended to read. Ah ya, dan tak lupa, untuk memberitahu pendapat personal saya mengapa saya merasa buku ini pas untuk ia baca (yang konstruktif, tentu saja). Saya pernah mengalami pengalaman serupa ketika dihadiahi buku oleh sahabat-sahabat saya dua tahun lalu. Waktu itu, Cidhu, sahabat saya yang "bertugas" mencari kado, hanya bertanya "yul, udah pernah baca novel Eka Kurniawan?" dan saya yang tidak tahu-menahu akan dihadiahi buku menjawab sepolosnya saja. Ya, saya belum pernah memang membaca novel Eka Kurniawan, sampai sahabat-sahabat saya menghadiahi saya salah satu novelnya berjudul Cantik Itu Luka, tentu dengan rekomendasi meyakinkan. Siapa sangka, karena mereka, bermula dari sejak membaca (kado) buku itu, saya menjadi salah satu penggemar karya Eka Kurniawan.

3. Beli buku di teman yang usaha (online) book store, sekalian bantu teman dan bisa request kemasan atau tulisan tambahan. Terlalu riweh sehingga gak sempat ke toko buku buat hunting judul buku yang ingin diberikan sebagai kado? Atau memang judul bukunya sulit untuk dicari di toko buku? Pesan online saja, beres. Saya bersyukur juga punya beberapa kenalan yang memiliki usaha (online) book store, sehingga bisa efektif dan efisien soal menghadiahkan buku ini. Manfaatnya jadi triple : kita senang bisa berbagi buku, teman kita yang akan jadi penerima buku senang mendapat buku, dan penjual buku (yang adalah teman kita juga) senang karena kita sudah menjadi pembeli yang mendukung usahanya. Oh ya, karena penjual buku teman sendiri, kita juga bisa request khusus kartu atau tulisan tambahan untuk kado.

4. Untuk faedah maksimal, kadangkala saya bahkan mendiskusikan buku dengan teman penerima buku setelah selesai pembacaan yes. Niat banget ya, haha. Tapi ini sangat recommended karena bisa jadi kegiatan yang positif banget dalam relasi pertemanan kita. Apalagi ternyata bukunya disenangi oleh teman penerima buku. Hanya saja memang, harus sabar menanti kapan teman penerima buku selesai membaca buku. Plus, harus rajin nanya, haha. Karena kalau itu saya, bisa jadi cukup makan waktu, karena sering kedistraksi mood dan kesibukan lain ketika baca buku (maaf untuk teman-teman saya yang harus menunggu untuk perihal ini).

Di akhir tulisan ini, saya berharap pilihan untuk menghadiahkan buku kepada orang lain bisa terus menjadi kebiasaan baik yang dinikmati banyak orang, baik bagi yang menghadiahkan maupun yang menerima hadiah buku. Semoga buku yang dibagikan terus memberikan perasaan bahagia bagi semua. Semoga semakin banyak orang senang dan berbahagia untuk membaca buku. Selamat berbagi buku dan berbagi ilmu, dengan bahagia :>

No comments:

Powered by Blogger.