Kebahagiaan Berbagi & Dibagi Buku
Kemarin, saya dikirimi (kado)
buku oleh sahabat saya, Utari. Tiga buah buku, bergenre spiritualitas kristen,
yang judulnya saya pilih sendiri. Pilih sendiri? Ya, karena sahabat saya memang
langsung menanyakan secara terbuka pada saya kira-kira buku apa yang menarik
bagi saya dan sedang ingin saya beli. Senang? Iya dong. Selalu ada kebahagiaan
sendiri di balik setiap kado, teristimewa buku (yang pas seperti yang kita incar
dan suka), haha.
"Membeli buku untuk diri sendiri sudah biasa, namun membeli buku untuk orang lain, baru luar biasa." (foto : by me, Gramedia Blok M Square, Jakarta) |
Saya ingat pula di hari
ulang tahun saya tahun 2017 lalu, dua dari sahabat saya juga menghadiahi sebuah
buku yang sudah lama saya cari, tetapi susah sekali. Buku ini memang imported book, yang tergolong lama dan
tak murah, hehe. Vagina Monologue dari
Eve Ensler, sebuah buku berperspektif
feminis (banget). Saya tak bisa
menggambarkan betapa senangnya saya ketika melihat buku itu di balik sampul
kado dari mereka. Terkejut juga, karena mereka bisa tahu soal itu tanpa bertanya lebih dulu pada saya sebelumnya
(terima kasih, Citien & Justice!
hoho).
Ini bukan kali pertama
saya dikado (a.k.a dibagi) buku oleh teman atau sahabat saya. Terbilang cukup sering, bahkan. Sejak usia saya masih belasan. Namun, di tengah
beberapa kenangan cerita yang sangat menyenangkan di atas, saya tak bisa
menyangkal bahwa tidak semua (kado)
buku yang diberikan dan dibagi pada
saya, memang saya baca atau saya suka. Meski begitu, tentu saya tetap
mengapresiasi niat tulus kawan saya dan tetap menambahkannya pada koleksi buku
untuk cita-cita home library saya.
Itu soal dibagi buku. Tak jauh berbeda memang
dengan perihal membagi buku. Saya pun
salah satu orang yang hobi memberikan kado buku bagi teman-teman saya.
Biasanya, buku-buku ini merupakan buku yang saya telah baca dan saya rasa bagus
sekali, sehingga saya ingin teman-teman saya juga memiliki dan membaca. Jadi,
saya biasanya tidak menanyakan lebih
dulu judul bukunya dan langsung memilihkan saja, hehe.
Photo by Daria Shevtsova on Unsplash |
Namun, belakangan ini,
ketika merenungi dan mengevaluasi kembali, saya juga tak terlalu yakin bahwa buku-buku yang sudah saya bagikan semuanya dibaca (atau bahkan dianggap
berharga) oleh teman-teman saya itu. Tidak apa sih, bukan salah mereka juga,
pikir saya. Saya belajar bahwa tidak semua orang senang diberi buku, karena
tidak semua hobi membaca buku. Saya belajar bahwa tidak semua orang yang hobi
membaca buku, senang membaca buku apa saja (saya, contohnya). Kebanyakan orang
memiliki preferensi genre bukunya sendiri. Bahkan, saya belajar bahwa tidak
semua orang sesenang itu jika diberi kado buku, karena bisa jadi bahasa
kasihnya (love language) bukanlah
kado, tetapi words of affirmation atau
quality time. Setiap orang
berbeda-beda dalam preferensinya sendiri. Karena itu, untuk kado yang tepat
sasaran, saya pun belajar untuk mengenali
dengan baik orang yang ingin diberikan kado (apalagi, berbentuk buku) sebelum
memilihkan kado. Preferensi genre-nya, apalagi.
Jadi, sekarang saya
memperbaharui cara saya untuk
menghadiahkan buku kepada orang lain, agar tepat sasaran dan menjadi kado yang
menyenangkan hati bagi yang menerima :
1. Saya akan menanyakan langsung judul bukunya, kepada
yang ingin dikado buku. Selain secara
langsung menanyakan, bisa jadi juga dengan terselubung
tentunya—jika masih ingin memberikan kejutan. Menanyakan seputar penulis
kesukaan, buku yang sudah pernah dibaca atau sudah dimiliki. Atau bisa jadi
preferensi genre atau topik, jika penerima kado lebih terbuka membaca buku dari
penulis apapun asalkan dalam satu genre atau satu topik tertentu. Bisa jadi
meniru cara sahabat saya yang juga mencaritahu via social media. Biasanya para
pencinta buku kadangkala bisa curhat di instastories atau tweet akunnya tentang
judul buku yang sedang diincar, seperti saya, haha. Atau jika penerima kado
memiliki akun Goodreads dengan shelf sendiri bernama “to-buy” yang updated. Beribu
cara sampai ke Romalah ya ;)
2. Jika memang ingin memilihkan judul buku tertentu,
pastikan memberikan rekomendasi lengkap mengapa buku bagus dibaca. Saya akan menyampaikannya via kartu yang diselipkan
dalam kado, dengan menambahkan tulisan “enjoy
reading time!” atau akan mengirim pesan Whatsapp jika kado sudah diterima.
Intinya, menyakinkan penerima kado bahwa buku yang saya hadiahkan sangat bagus
dan recommended to read. Ah ya, dan
tak lupa, untuk memberitahu pendapat personal saya mengapa saya merasa buku ini
pas untuk ia baca (yang konstruktif, tentu saja). Saya pernah mengalami pengalaman serupa ketika dihadiahi buku oleh sahabat-sahabat saya dua tahun lalu. Waktu itu, Cidhu, sahabat saya yang "bertugas" mencari kado, hanya bertanya "yul, udah pernah baca novel Eka Kurniawan?" dan saya yang tidak tahu-menahu akan dihadiahi buku menjawab sepolosnya saja. Ya, saya belum pernah memang membaca novel Eka Kurniawan, sampai sahabat-sahabat saya menghadiahi saya salah satu novelnya berjudul Cantik Itu Luka, tentu dengan rekomendasi meyakinkan. Siapa sangka, karena mereka, bermula dari sejak membaca (kado) buku itu, saya menjadi salah satu penggemar karya Eka Kurniawan.
3. Beli buku di teman yang usaha (online) book store, sekalian bantu teman dan bisa request kemasan atau tulisan tambahan. Terlalu riweh sehingga gak sempat ke toko buku buat hunting judul buku yang ingin diberikan
sebagai kado? Atau memang judul bukunya sulit untuk dicari di toko buku? Pesan
online saja, beres. Saya bersyukur juga punya beberapa kenalan yang memiliki
usaha (online) book store, sehingga
bisa efektif dan efisien soal menghadiahkan buku ini. Manfaatnya jadi triple : kita senang bisa berbagi buku,
teman kita yang akan jadi penerima buku senang mendapat buku, dan penjual buku
(yang adalah teman kita juga) senang karena kita sudah menjadi pembeli yang mendukung
usahanya. Oh ya, karena penjual buku teman sendiri, kita juga bisa request khusus kartu atau tulisan
tambahan untuk kado.
4. Untuk faedah maksimal, kadangkala saya bahkan mendiskusikan
buku dengan teman penerima buku setelah selesai pembacaan yes. Niat banget ya, haha. Tapi ini sangat recommended karena bisa jadi kegiatan
yang positif banget dalam relasi pertemanan kita. Apalagi ternyata bukunya
disenangi oleh teman penerima buku. Hanya saja memang, harus sabar menanti
kapan teman penerima buku selesai membaca buku. Plus, harus rajin nanya, haha.
Karena kalau itu saya, bisa jadi cukup makan waktu, karena sering kedistraksi mood dan kesibukan lain ketika baca buku
(maaf untuk teman-teman saya yang harus menunggu untuk perihal ini).
Di akhir tulisan ini,
saya berharap pilihan untuk menghadiahkan buku kepada orang lain bisa terus
menjadi kebiasaan baik yang dinikmati banyak orang, baik bagi yang
menghadiahkan maupun yang menerima hadiah buku. Semoga buku yang dibagikan
terus memberikan perasaan bahagia bagi semua. Semoga semakin banyak orang senang
dan berbahagia untuk membaca buku. Selamat berbagi buku dan berbagi ilmu, dengan bahagia :>
No comments: