Kilas Balik 20 Judul Film di 2019

January 05, 2020

Untuk menutup 2019, saya kembali menyiapkan satu tulisan berisi kilas balik deretan judul film yang sudah saya saksikan di sepanjang tahun 2019, sebagai kenang-kenangan untuk diri sendiri dan ulasan bagi yang membutuhkan. Terkait film, 2019 sendiri menurut saya cukup menarik. Banyak film animasi yang di-remake, seperti film dari Disney, Aladdin, pun jangan lupa, Lady and The Tramp. Beberapa film dari tahun 90-an juga kembali dilanjutkan sekuelnya (seperti Men in Black: International dan Toy Story 4), atau dibuatkan versi movie seperti Dora and The Lost City of Gold dan Pokemon Detective Pikachu. Menarik ya.

Berikut 20 judul film yang sudah saya tonton di sepanjang 2019, beserta sinopsis dan ulasan singkatnya.

1. Maleficent: Mistress of Evil
Rating saya                  :     9/10
Tanggal rilis                 :     Oktober 2019
Genre                           :     Adventure, Family, Fantasy
Runtime                       :     119 menit


Sinopsis
Setelah kisah mereka diceritakan secara jujur dan lengkap dalam film sebelumnya, Maleficent (2014), dalam film ini, Maleficent dan Aurora, sebagai anak perempuan angkatnya/asuhnya, mulai mempertanyakan kompleksitas ikatan keluarga yang mengikat mereka, karena mereka harus berhadapan dengan pilihan arah yang berbeda dengan rencana pernikahan Aurora yang akan datang, sekutu yang tidak terduga, dan adanya kekuatan gelap baru yang tiba-tiba muncul (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Film ini adalah salah satu film favorit teratas saya tahun ini, setelah Aladdin dan Toy Story 4. Salah satu film yang memang saya nanti-nantikan rilis di bioskop. Seperti biasa, seperti film sebelumnya (Maleficent, 2014), penampilan dan acting Angelina Jolie, memerankan Maleficent, begitu berkarakter kuat dan mengesankan. Saya harus mengakui saya tidak bisa membayangkan aktris lain dapat memerankan sosok vilain Maleficent, sebaik Angelina Jolie. Film ini bertutur lebih dalam lagi tentang relasi ibu dan anak, berkisah tentang tiga sosok perempuan yang akhirnya saling terkait dengan latar belakang kisah masing-masing. Penonton disuguhkan cerita yang menggambarkan realita kehidupan, tentang bagaimana pernikahan sesungguhnya bisa jadi serumit itu, karena mempersatukan dua keluarga besar yang berbeda; tentang perbedaan perspektif dan keinginan antara ibu dan anak, karena dipengaruhi oleh pengalaman yang berbeda; tentang isu motherhood yang lebih dari sekedar ikatan darah.


Adegan Berkesan
Sebagaimana trailer, adegan dimana Diaval melaporkan pada Maleficent tentang lamaran Pangeran Philip untuk menikahi Aurora memang iconic. Penggalan kalimat “don’t ruin my morning” yang diucapkan Maleficent sembari ia berbalik badan dengan sayap hitam kokoh dengan gerak dan raut wajah tegas itu, iconic.


2. Aladdin
Rating saya                  :     9/10
Tanggal rilis                 :     Mei 2019
Genre                           :     Adventure, Family, Fantasy
Runtime                       :     128 menit


Sinopsis
Kisah tentang seorang pejuang jalanan yang baik hati dan Penasehat Kerajaan yang haus kekuasaan, yang memburu lampu ajaib yang dipercaya memiliki kekuatan untuk mewujudkan keinginan terdalam menjadi kenyataan (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Versi remake yang sangat mengesankan. Alasan terbesar saya, karena film ini tak lagi menempatkan Princess Jasmine sebagai sosok (perempuan) pasif. Ia aktif, dengan peran karakter yang saling melengkapi baik dengan Aladdin. Animasi memanjakan mata, lagu-lagu khas Disney menghidupkan suasana. Penokohan yang luar biasa dari acting Will Smith (Jinnie), Mena Massoud (Aladdin), dan Naomi Scott (Jasmine). Alur cerita yang unik dan menarik, membahas isu keperempuanan dan bertujuan pemberdayaan perempuan—dengan dialog dan adegan yang cerdas sekali. Plot twist mengagetkan yang tidak saya duga (tapi tetap menyenangkan), ketika tahu bahwa Princess Jasmine dikisahkan ingin menggantikan ayahnya menjadi Sultan, untuk sebuah kerajaan berbudaya patriarkhis. Ngomong-ngomong, saya sudah menulis ulasan lengkap tentang film ini di tulisan sebelumnya yang dapat dibaca di link ini.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Naomi Scott (Princess Jasmine) menyanyikan lagu “Speechless”yang empowering. Penokohan Naomi Scott akan sosok Princess Jasmine penuh penghayatan tiada banding. Adegan penutup, yang apik dan menarik, dimana Princess Jasmine akhirnya mendapat posisi aktif untuk menentukan kisahnya sendiri—setelah mendapat restu ayahnya untuk menjadi Sultan, di saat yang sama tetap memilih untuk mengejar Aladdin yang sudah pasrah untuk kisah cinta mereka.


3. Toy Story 4
Rating saya                  :     9/10
Tanggal rilis                 :     Juni 2019
Genre                           :     Animation, Adventure, Comedy
Runtime                       :     100 menit


Sinopsis
Ketika mainan baru bernama "Forky" bergabung dengan Woody dan kawanan mainan Bonnie, sebuah perjalanan bersama teman-teman (mainan) lama dan baru mengungkapkan betapa besar dunia bagi sebuah mainan (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Sebagai salah satu penggemar serial film Toy Story sejak kecil, film ini adalah salah satu film yang saya tunggu-tunggu juga tayang di bioskop tahun ini. Benar, saya tidak kecewa. Bahagia sekali bisa bernostalgia dengan Woodie dan kawan-kawan. Namun, lebih dari itu, ternyata Toy Story 4 mengandung pesan yang lebih dalam. Sepanjang film, penonton diperhadapkan kepada pergumulan hati Woodie yang merasa kehilangan keberfungsiannya sebagai mainan terfavorit Bonnie. Ditambah pula dengan hadirnya “Forky”, mainan yang diciptakan Bonnie di sekolah dengan alat-alat seadanya dan kreativitas, di sesi prakarya. Dalam film ini, tema tentang keberfungsian dan makna hidup, dalam sekali menyentuh hati. Saya berpikir film ini juga sedang berusaha menggambarkan relasi antara anak dan orang tua, dalam perumpamaan mainan dan anak. Bagaimana akhirnya anak-anak yang tadinya masih kecil belia yang bermain bersama mainan-mainannya kemudian bertumbuh semakin lama semakin dewasa, sampai di masa ia tak lagi bermain dengan mainan anak-anak dan harus berpisah dengan mainan-mainannya—sama seperti para orang tua yang menyadari bahwa suatu saat, anak yang diasuh dan dibesarkannya sejak kecil akan menjadi besar dan dewasa dan pergi dari rumah menjalani hidupnya mandiri sendiri. Film inipun tak kehilangan ciri khas uniknya dari film-film sebelumnya—tapi juga memberikan plot twist tidak terduga. Saya terkejut dengan ending-nya (tapi gak mau spoiler, hehe). Pun jadi baper, mengingat mainan-mainan masa kecil saya yang sudah saya lupakan dan entah ada dimana sekarang.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Gabby Gabby memilih untuk menghibur seorang anak perempuan yang sedang menangis sendirian karena kehilangan orang tuanya di taman hiburan, dan berhenti mengikuti Woodie dan kawan-kawan untuk mengejar Bonnie. Ia merasa senasib mirip. Adegan ini diakhiri dengan bahagia dan haru, karena menemukan boneka Gabby Gabby membuatnya lebih tenang dan tak lama, ia ditemukan orang tuanya kembali—ia memilih membawa boneka Gabby Gabby pulang dan memeluknya sayang. Akhirnya, impian terdalam boneka Gabby Gabby yang selama ini dianggap boneka gagal produksi dan tidak pernah dimainkan, terwujud. Ia bertemu dengan anak yang menyayanginya.


4. Avengers Endgame
Rating saya                  :     9/10
Tanggal rilis                 :     April 2019
Genre                           :     Action, Adventure, Drama
Runtime                       :     181 menit


Sinopsis
Setelah peristiwa tragis yang menghancurkan dalam Avengers: Infinity War (2018), alam semesta masih dalam kehancuran. Dengan bantuan sekutu yang tersisa, Avengers berkumpul sekali lagi demi mengembalikan keseimbangan alam semesta, dengan mencoba membalikkan tindakan Thanos yang melenyapkan setengah dari populasi alam semesta (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Penutup berdurasi tiga jam yang benar-benar memberi akhir yang mengesankan untuk kisah Avengers. Tiga jam yang penuh ups & downs juga bagi emosi penonton, dengan alur cerita yang cukup kompleks dan begitu tidak terduga. Beberapa tokoh yang harus berkorban, membuat saya patah hati. Banyak adegan dikisahkan begitu detail dan empatik, dengan keterkaitan dengan keseluruhan cerita MCU selama ini, sehingga rasa haru memang tak bisa dibendung. Film yang membuat saya paham mengapa satu bioskop tanpa sisa bisa penuh total sampai kursi paling pojok dan paling depan. Epic.


Adegan Berkesan
Banyak sekali, hehe. Terlalu banyak adegan yang berkesan bagi saya, khususnya tentang relasi keluarga, dan terkait dengan Tony Stark (Iron Man). Adegan Tony Stark dan anak perempuannya dengan kalimat “I love you 3.000” yang sudah terkenal sekali itu, salah satunya.


5. Captain Marvel
Rating saya                  :     8/10
Tanggal rilis                 :     Maret 2019
Genre                           :     Action, Adventure, Sci-fi
Runtime                       :     123 menit


Sinopsis
Carol Danvers menjadi salah satu pahlawan paling kuat di alam semesta, ketika bumi terperangkap di tengah perang galaksi antara dua ras alien (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Sebuah film bersemangat feminisme yang secara cerdas melalui alur ceritanya mengkritik habis-habisan mengenai dominasi laki-laki. Topik ini dituturkan secara hati-hati dalam kilas balik masa lalu Carol Danvers, yang sering dianggap lebih lemah dan diremehkan sebagai anak perempuan, sejak kecil oleh para laki-laki. Film ini juga mengisahkan proses Carol Danvers untuk berdamai dengan masa lalunya dan menemukan dirinya kembali sebagai seorang perempuan. Satu yang saya mungkin kurang puas, hanya efek CGI yang menurut saya kurang apik dalam film ini. Selebihnya, film ini sukses menghadirkan sosok superheroine baru bagi para perempuan.


Adegan Berkesan
Segala adegan terkait Goose, alien sadis dari ras Flerken yang menyamar dalam rupa seekor kucing, haha. Bagaimanapun, dalam film ini, Goose mengambil andil penting untuk ikut menyelamatkan Tesseract. Ditelan dong dan disimpan dalam perutnya, kocak, haha. Pencinta kucing bahagia sekali.


6. X-Men: Dark Phoenix
Rating saya                  :     6/10
Tanggal rilis                 :     Juni 2019
Genre                           :     Action, Adventure, Sci-fi
Runtime                       :     113 menit


Sinopsis
Jean Gray mulai mengembangkan kekuatan luar biasa yang merusak dan mengubahnya menjadi Dark Phoenix, menyebabkan X-Men memutuskan apakah hidupnya lebih berharga daripada semua umat manusia (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Ulasan publik banyak yang mengaku kecewa terhadap film ini—khususnya yang memang mengikuti X-Men Series. Saya tidak bisa menyangkal, memang cukup mengecewakan, karena beberapa kekurangan film ini—tapi bukan berarti X-Men: Dark Phoenix (2019) tidak layak tonton. Penokohan Sophie Turner untuk sosok Jean Gray tetap mengesankan, bagi saya sukses menggambarkan emosi yang intens, betapa frustasinya seorang Jean Gray berdamai dengan masa lalu dan kekuatan besar yang dimilikinya, yang ternyata sangat berbahaya ketika tak bisa ia kendalikan.


Adegan Berkesan
Adegan McAvoy sebagai Charles Xavier yang berbicara heart-to-heart kepada Jean kecil pasca kecelakaan yang ia alami bersama ayah dan ibunya. Sekali lagi, mengesankan menyaksikan penokohan James McAvoy untuk menggambarkan sosok Charles Xavier yang cerdas, kuat, idealis, dan berjiwa pemimpin.


7. Midway
Rating saya                  :     9/10
Tanggal rilis                 :     November 2019
Genre                           :     Action, Drama, History
Runtime                       :     138 menit


Sinopsis
Kisah pertempuran Perang Midway yang terjadi di tahun 1942, yang memiliki dampak besar bagi Perang Pasifik dan Perang Dunia II, diceritakan oleh para pemimpin dan pelaut yang memperjuangkannya  (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Sebuah film sejarah yang diangkat dari kisah nyata (pun tokoh-tokohnya) yang diceritakan dengan baik sekali di dalam film. Efek CGI yang tidak mengecewakan, alur cerita yang disusun rapi dan mengesankan. Sebuah kisah tentang perang, yang tak luput melihat aspek kemanusiaan—realita dimana perang benar-benar menelan begitu banyak korban jiwa dan menggurat tragedi kemanusiaan. Sebuah film yang berhasil menolong saya untuk belajar lebih banyak tentang sejarah sebelum Perang Dunia II. Bagaimanapun, kisah Perang Midway cenderung tidak dibahas di kelas-kelas sejarah di sekolah Indonesia, karena keterkaitannya dengan sejarah Indonesia, yang mungkin dianggap kurang kuat.


Adegan Berkesan
Adegan dimana cerita-cerita realita kemanusiaan tak luput diceritakan di sepanjang film. Bagaimana Richard “Dick” Best (Richard Halsey Best) menemukan sahabatnya sudah meninggal dengan kondisi hitam terbakar gosong tak bisa dikenali lagi sama sekali, sebagai korban dari serangan Jepang ke Pearl Harbour. Bagaimana seorang tentara AU Jepang yang harus berhadapan dengan realita bahwa ia harus siap mengadapi hidup dan mati karena tak lagi bisa mendarat aman karena kapal induknya telah terbakar diserang USA dalam perang di Midway, padahal bahan bakar pesawatnya sudah sangat tipis. Cerita-cerita yang mematahkan hati, sebenarnya, dan mendorong untuk kembali mempertanyakan, kenapa manusia ingin dan harus berperang?


8. Ugly Dolls
Rating saya                  :     7/10
Tanggal rilis                 :     Mei 2019
Genre                           :     Animation, Adventure, Comedy
Runtime                       :     87 menit


Sinopsis
Petualangan animasi dimana UglyDolls yang bersemangat bebas menghadapi apa artinya menjadi berbeda, berjuang dengan hasrat untuk dicintai, dan akhirnya menemukan siapa diri mereka yang sebenarnya, hal yang paling penting dibanding semua (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Perasaan senang yang sama seperti ketika saya masuk kembali ke dunia imajinasi anak-anak tentang mainannya lewat film Toy Story 4. Meskipun, Ugly Dolls lebih serius dan filosofis, dalam balutan film animasi yang lucu-menggemaskan, membahas dan mempertanyakan kembali tentang hal-hal mendasar seperti “apakah ada boneka yang dianggap ‘gagal produksi’ dan ‘tidak layak’ untuk dijual-diberikan pada anak-anak?”. Sebenarnya bisa pula mewakili anak-anak atau remaja yang dianggap “berbeda” dari kebanyakan, sehingga tersisihkan atau terlupakan. Tetap, animasinya memanjakan mata, apalagi dengan warna-warna yang cerah dan terang.


Adegan Berkesan
Ketika Moxy akhirnya bisa ‘dikirim’ dan bertemu dengan anak perempuan yang akan memiliki dan memainkannya. Ternyata, anak perempuan itu, memiliki kemiripan dengan Moxy—gigi mereka sama-sama bolong dan itu yang membuat anak perempuan itu merasa terhubung dengan Moxy dan memeluknya erat-erat. Bahagia, untuk kado boneka yang diberikan oleh orang tuanya.


9. Isn’t It Romantic
Rating saya                  :     7/10
Tanggal rilis                 :     Februari 2019
Genre                           :     Comedy, Fantasy, Romance
Runtime                       :     89 menit


Sinopsis
Seorang perempuan muda yang kecewa dengan cinta secara misterius mendapati dirinya terjebak dalam dunia komedi romantis, seperti di film-film (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Film komedi yang unik dan cerdas sekali dalam kelucuan alur ceritanya. Saya menyenangi bagaimana film ini menggambarkan Natalie, sebagai tokoh utama. Bagaimanapun, isu-isu keperempuanan tak luput untuk diangkat oleh film ini—bagaimana Natalie harus berdamai dengan fisiknya yang gemuk yang ‘tidak ideal’ bagi standar kecantikan yang diusung masyarakat, bagaimana Natalie sadar bahwa film-film dongeng tentang putri dan pangeran berkuda yang ditontonnya sejak kecil tidak berlaku untuk semua perempuan. Diam-diam, film ini cerdas sekali dalam mengkritik persepsi masyarakat mengenai kisah romantis yang sering diceritakan dalam film-film.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Blake, sosok laki-laki ‘prince charming’ dari dalam mobilnya yang berjalan menjauh pergi dan terbuka di bagian atap, bertanya setengah berteriak penuh semangat pada Natalie, “Are you feeling what I am feeling?”. Namun, Natalie yang merasa meh dengan realita bahwa ia sedang terjebak di dunia komedi-romantis menjawab cepat, “Nooo.” Haha, kocak.


10. Men In Black: International
Rating saya                  :     5/10
Tanggal rilis                 :     Juni 2019
Genre                           :     Action, Adventure, Comedy
Runtime                       :     104 menit


Sinopsis
Men in Black selalu melindungi bumi dari penjahat alam semesta (alien jahat). Dalam petualangan baru ini, mereka menangani ancaman terbesar mereka hingga saat ini: orang dalam di internal organisasi mereka sendiri (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Sejujurnya, cukup kecewa. Alur ceritanya ternyata sederhana sekali, dengan ending yang sudah biasa saja, tidak ada plot twist yang bisa membuat saya sebagai penonton merasa terpacu adrenalin atau emosinya. Saya juga cukup kecewa, karena Will Smith tak lagi mengambil peran di versi film Men In Black: International ini (tidak seperti di seri Men In Black sebelumnya). Namun, cukup menyenangkan dan menarik melihat film ini melibatkan sosok perempuan yang diperankan oleh Tessa Thompson, sebagai agen juga, lalu mengkritik mengapa nama yang diberikan organisasi harus “men in black”—ketika ada juga para “women in black”.


Adegan Berkesan
Percis, adegan itu. Ketika Tessa Thompson (Agent M) mengkritik mengenai nama “men in black”. Haha.


11. Dua Garis Biru
Rating saya                  :     8/10
Tanggal rilis                 :     Juli 2019
Genre                           :     Drama, Family
Runtime                       :     117 menit


Sinopsis
Dara dan Bima adalah dua orang remaja berkawan baik yang tanpa direncanakan, jatuh kepada hubungan seks di luar nikah, yang berujung pada kehamilan Dara. Namun, keduanya sama sekali belum tahu apa sebenarnya konsekuensi dari perbuatan itu, termasuk tentang pernikahan dan menjadi orang tua. Meski begitu, mereka nekat memilih untuk bersama-sama menghadapi konsekuensi perbuatan mereka, meski dengan pro-kontra dari keluarga masing-masing.

Ulasan Singkat
Sebuah film yang unik dengan adegan-adegan cerdas yang membingkai alur cerita, yang mencerminkan realita hidup sebenarnya. Tanpa dipoles, Dua Garis Biru (2019) membeberkan realita tentang duka pernikahan, bahwa pernikahan tak selalu tentang cinta dan bahagia—tetapi juga masalah ekonomi, rumah yang masih ngontrak, dan keterbatasan pilihan. Tak lupa, gambaran mengenai kehamilan masa remaja yang tak kalah menantang dan kesenjangan sosial-ekonomi antara dua orang yang akan menikah muda. Film yang harus ditonton oleh para remaja di Indonesia, yang harus diakui masih minim edukasi seksualitas dan reproduksi. Saya setuju, ketidaktahuan bisa mendatangkan bencana—sebaliknya, pengetahuan yang bertanggung-jawab bisa mengarahkan kita untuk mempertimbangkan dan memilih setiap tindakan dengan jauh lebih bijaksana. Film ini merupakan sebuah kritik sosial yang baik, untuk mengingatkan Indonesia tentang pentingnya edukasi seksualitas dan reproduksi bagi para remaja.


Adegan Berkesan
Adegan stroberi yang saling terhubung. Saya di pihak netral, dalam isu pro-life atau pro-choice. Namun jika ingin fokus terhadap cerita film Dua Garis Biru (2019), adegan stroberi ini simbolik yang cerdas sekali. Saya terenyuh ketika Dara membaca di internet bahwa besar janin dalam kandungan awalnya masih sebesar buah stroberi, lalu menempatkan satu buah stroberi di atas perutnya. Setelah itu, ketika Dara dan Bima coba mengunjungi klinik aborsi, mereka memesan jus stroberi dan adegan stroberi dijus itu seolah-olah menjadi salah satu alasan dan pengingat Dara untuk membatalkan niatnya untuk aborsi.


12. Where’d You Go Bernadette
Rating saya                  :     6/10
Tanggal rilis                 :     Agustus 2019
Genre                           :     Comedy, Drama, Mystery
Runtime                       :     109 menit


Sinopsis
Seorang ibu yang penuh kasih terdorong untuk kembali terhubung dengan gairah kreatifnya, setelah bertahun-tahun mengorbankan diri untuk keluarganya. Lompatan iman membawanya pada petualangan epik yang memberi kembali semangat dan hal baru dalam hidupnya, pun menuntunnya pada penemuan kembali yang penuh kemenangan (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Sebuah film yang mengangkat tema menarik, tentang seorang perempuan yang kembali terhubung dengan passionnya setelah belasan tahun melupakannya dalam pengorbanannya untuk keluarga, tenggelam dalam peran domestik sebagai istri dan ibu. Sayangnya, saya secara pribadi agak kesulitan menangkap kisahnya, yang dituturkan dengan cara banyak tersirat. Beberapa adegan juga jadi sangat intens, seperti ketika ia melarikan diri dari keluarganya yang memaksa untuk ia menjalani rehabilitasi psikologis dan batal ikut perjalanan bersama anaknya ke Antartika. Namun, film ini tidak jelek untuk berbagi pesan mengenai para perempuan yang seharusnya berkarya, pun di luar dari rumah dan keluarganya.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Bernadette kembali menemukan passionnya, dan mengupayakan berbagai cara untuk meraih kesempatan yang mungkin takkan datang dua kali—untuk mendesain rancangan arsitek di kantor penelitian di Kutub Selatan (South Pole). Terasa sekali, ia kembali hidup. Tak lagi pasif dan depresif, seperti sebelumnya—kini ia berapi-api dan bersemangat. Seperti menemukan kembali apa yang hilang lama dari dalam diri dan hidupnya.


13. Joker
Rating saya                  :     10/10
Tanggal rilis                 :     Oktober 2019
Genre                           :     Crime, Drama, Thriller
Runtime                       :     122 menit


Sinopsis
Di Kota Gotham, komedian yang bermasalah secara mental, Arthur Fleck, diabaikan dan dianiaya oleh masyarakat. Dia kemudian memulai revolusi spiral yang menurun dan kejahatan berdarah. Jalan ini membawanya berhadapan muka dengan alter ego-nya: Joker (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
10/10! Selain dari adegan kejahatan pembunuhan yang terlalu brutal dengan terlalu banyak darah dan kekerasan eksplisit tanpa sensor, film ini betul-betul berkesan dan sangat direkomendasikan untuk ditonton. Tentu, bukan film untuk konsumsi anak-anak. Film ini merupakan sebuah film yang ikut bersuara untuk isu kesehatan jiwa, khususnya untuk mereka dari kelas sosial-ekonomi prasejahtera, yang bahkan kesulitan hanya untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan jiwa yang layak. Film ini tragis dan mematahkan hati, tapi betul-betul sukses menggambarkan konteks holistik yang menjelaskan dan mengaitkan berbagai latar belakang yang menjadikan Arthur Fleck, seorang Joker.



Adegan Berkesan
Adegan dimana Arthur berucap kepada temannya, Gary (Leigh Gill), bahwa Gary adalah satu-satunya orang yang baik terhadapnya. Adegan ini menjadi adegan yang sangat kompleks dalam emosi, mengingat Arthur dengan brutal baru saja membunuh teman yang memanfaatkannya, Randall—tapi membiarkan Gary pergi dengan selamat, bahkan menolong membukakan selot pintu.


14. Parasite
Rating saya                  :     10/10
Tanggal rilis                 :     November 2019
Genre                           :     Comedy, Drama, Thriller
Runtime                       :     132 menit


Sinopsis
Sebagai pengangguran sekeluarga, Ki-Taek dan keluarganya tertarik pada keluarga Park yang hidup kaya dan mewah, sebagaimana mereka kemudian mengambil hati mereka dan akhirnya terjerat dalam insiden tidak terduga (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Sebuah film mahakarya dari Korea Selatan, jika saya tidak terlalu berlebihan untuk menyematkan label ini. Tema yang diangkat begitu unik—realita kelas sosial, kesenjangan antara si miskin dan si kaya, yang begitu menyayat hati. Dibalut dalam genre comedy, drama, thriller yang mengesankan. Alur cerita yang tidak tertebak, dengan plot twist yang membuat penonton ternganga. Pun ending yang menutup keseluruhan cerita dengan sukses. Namun, bagi saya, film ini termasuk film bergenre thriller yang cukup sadis dalam adegan-adegannya. Pun meski bergenre komedi pula, saya sendiri harus mengakui kesulitan untuk melihat aspek komedinya—mungkin, karena saya memang tak begitu cocok dengan aliran dark jokes, atau dark/black comedy. Sampai saat ini, saya masih bergidik jika mengingat film ini.


Adegan Berkesan
Rasanya, semua adegan berkesan, tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa saya berkesan dalam konteks bahagia—lebih seperti terkejut dan cemas. Sangkin saya merasa betapa “dark”-nya film Parasite (2019) ini (bahkan lebih dark daripada film Joker (2019) menurut saya). Tapi itu berarti, sebagai film bergenre thriller & dark comedy, film ini sukses kan?


15. Glass
Rating saya                  :     8/10
Tanggal rilis                 :     Januari 2019
Genre                           :     Drama, Sci-fi, Thriller
Runtime                       :     129 menit


Sinopsis
Davin Dunn, seorang petugas keamanan, menggunakan kemampuan supernaturalnya untuk melacak Kevin Wendell Crumb, seorang laki-laki dengan dua puluh empat kepribadian berbeda (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Glass (2019) adalah film terakhir dari triologi Unbreakable, yang terdiri dari Glass (2019), setelah Unbreakable (2000) dan Split (2016). Film thriller yang sukses menyedot penonton, selain Joker (2019) dan Parasite (2019) di tahun ini. Meski menuai beberapa kritik publik juga, film ini memiliki sisi khas yang sulit dijelaskan. Bagaimana mendefenisi ulang tentang “menjadi berbeda”, tema yang mirip yang juga diusung oleh X-Men series—yang bagi saya, bisa mewakili untuk isu kesehatan jiwa, mengingat McAvoy (sebagai Kevin Wendell Crumb) yang memang memiliki gangguan kepribadian secara psikologis, dengan 24 kepribadian berbeda di satu tubuh. Acting dari McAvoy, sebagaimana di Split (2016), sangat mulus dan patut diapresiasi. Pun acting dari Samuel L. Jackson, sebagai Elijah Price, mengesankan.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Elijah Price (Samuel L. Jackson) digambarkan tidak berdaya, disabel di atas kursi roda, tapi sebenarnya menyembunyikan kekuatan supranatural yang luar biasa. Plot twist.


16. Alita: Battle Angel
Rating saya                  :     6/10
Tanggal rilis                 :     Februari 2019
Genre                           :     Action, Adventure, Sci-fi
Runtime                       :     122 menit


Sinopsis
Cyborg yang telah deaktif kembali dihidupkan dan diberi nama Alita, tapi tidak dapat mengingat apapun dari kehidupan masa lalunya dan melanjutkan pencarian untuk mengetahui siapa sebenarnya dirinya (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Yang paling menonjol dari film Alita: Battle Angel adalah efek CGI yang memuaskan, sebagaimana film ini memang merupakan karya dari James Cameron, yang pernah sukses dengan film Avatar (2009). Namun, sejujurnya, saya tak terlalu menikmati alur ceritanya. Penokohan Alita, sebagai Cyborg perempuan dengan label “Battle Angel”—saya tak terlalu sreg, hehe. Pun, agak merasa asing dengan ceritanya—mungkin, karena film ini adalah adaptasi manga karya Yukito Kishiro, yang belum pernah saya baca juga. Untuk yang menyenangi imajinasi mengenai dunia Cyborg, film ini tetap menarik dan saya rekomendasikan.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Alita berusaha mengobservasi tubuh barunya, sebagai Cyborg, yang masih terasa asing (juga dengan mencoba mempraktikkan beberapa teknik bela diri). Efek CGI dalam adegan ini, mengesankan.


17. A Dog’s Journey
Rating saya                  :     8/10
Tanggal rilis                 :     Mei 2019
Genre                           :     Comedy, Drama, Family
Runtime                       :     109 menit


Sinopsis
Seekor anjing menemukan makna keberadaannya sendiri melalui kehidupan manusia yang ia temui (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Film A Dog’s Journey (2019) ini merupakan sekuel dari film sebelumnya, A Dog’s Purpose (2017), itu berarti akan jauh lebih baik untuk menonton A Dog’s Purpose (2017) dulu—untuk mendapatkan perspektif kisah yang lebih holistik. Film ini berhasil membuat pencinta kucing (dan bukan pencinta anjing) seperti saya terenyuh. Alur ceritanya disusun dengan rapi dan dikemas dengan cara khas drama keluarga. Dikisahkan dalam sudut pandang seekor anjing, dengan loyalitas begitu tinggi pada manusia yang sama, bahkan meski ia sudah reinkarnasi berkali-kali dalam sosok anjing berbeda—film ini ditutup dengan epilog yang indah dan haru, yang mempersatukan lagi Ethan yang sudah tua dan menutup usia, dengan anjingnya, Bailey.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Big Dog (seekor anjing jantan ras Boerboel, reinkarnasi Bailey, kali ini dipelihara oleh pemilik yang berbeda, bernama Joe yang memiliki usaha pom bensin & minimarket) setia menunggu CJ, cucu Ethan yang dititipkan Ethan untuk ia jaga, sampai ia menutup usia tanpa bisa bertemu lagi dengan CJ di kehidupan sebagai Big Dog.


18. Gemini Man
Rating saya                  :     7/10
Tanggal rilis                 :     Oktober 2019
Genre                           :     Action, Drama, Sci-fi
Runtime                       :     113 menit


Sinopsis
Seorang pembunuh bayaran harus berhadapan dengan hasil klonning dirinya sendiri, yang jauh lebih muda (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Film baru dari Will Smith, yang bisa saya nikmati di bioskop tahun ini, setelah Aladdin. Sebuah film yang mengangkat tema tentang sosok ayah dan relasi ayah-anak yang sulit dijelaskan. Adegan action yang cukup intens, pun efek yang membuat Will Smith bisa memerankan dua orang sekaligus—dimana satu di antaranya merupakan versi dirinya yang lebih muda. Bagus. Saya tidak kecewa.


Adegan Berkesan
Adegan dimana Henry mencegah Junior (hasil klonning dirinya yang lebih muda) untuk membunuh Clay, yang sudah membesarkannya seperti ayahnya sendiri—meski dengan intensi yang tidak baik. Henry berpesan, bahwa Junior akan dihantui mimpi buruk seumur hidup. Junior pun tetap merasa berat untuk membunuh Clay. Siapa sangka, Henry dengan impulsif mengambil senjata dan membunuh Clay—menggantikan Junior. Sulit dijelaskan emosi yang dirasakan Junior—paduan rumit antara kekecewaan, kemarahan, tapi juga rasa sayang terhadap ayah (angkatnya) sendiri.


19. Dora & The Lost City of Gold
Rating saya                  :     7/10
Tanggal rilis                 :     Agustus 2019
Genre                           :     Adventure, Family
Runtime                       :     102 menit


Sinopsis
Dora, seorang penjelajah remaja, memimpin teman-temannya dalam petualangan untuk menyelamatkan orang tuanya dan memecahkan misteri di balik kota emas yang hilang (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Lagi-lagi nostalgia ke masa anak-anak, yang juga terisi dengan serial televisi Dora The Explorer—sebuah seri animasi edukasi yang positif sekali untuk anak-anak. Film ini adalah versi remake versi film berdurasi panjang, dengan sedikit gubahan cerita karena menggambarkan Dora yang sudah remaja. Menonton film ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan menonton film bertema sejenis, tentang petualangan menjelajah hutan demi memburu harta karun tersembunyi. Tapi, saya jamin, jokes yang receh tetap lucu menghibur di sepanjang film—apalagi bagi kamu yang memang penonton setia Dora The Explorer di masa anak-anak. Senang sekali dengan penokohan Isabela Moner yang berhasil memerankan tokoh Dora yang super energik dan bahagia.


Adegan Berkesan
Adegan jokes receh-lucu-menghibur yang mengingatkan kita tentang Dora The Explorer, versi animasi masa lalunya itu. Bagaimana Dora secara otomatis berbicara ke arah layar, meminta untuk mengulangi perkataannya (yang merupakan sisi edukatif dari Dora The Explorer, yang bertujuan melatih anak-anak untuk belajar pengucapan kata atau spelling)—membuat orang tuanya yang melihat situasi itu berkerut dahi, mempertanyakan ada apa dengan anaknya. Kocak. Pun jokes receh-lucu-menghibur ketika Dora pertama-tama masuk SMA dan merasa harus beradaptasi dengan begitu banyak manusia yang selama ini belum pernah ditemuinya kondisi serupa.


20. Marriage Story
Rating saya                  :     8/10
Tanggal rilis                 :     Desember 2019
Genre                           :     Comedy, Drama, Romance
Runtime                       :     137 menit


Sinopsis
Pandangan Noah Baumbach (sebagai director & writer film ini) yang tajam dan empatik pada pernikahan yang cerai dan sebuah keluarga yang tinggal bersama (dikutip dan diterjemahkan dari imdb.com).

Ulasan Singkat
Sebuah film yang begitu jujur, realistis dan apa adanya mengisahkan mengenai pernikahan dan proses perceraian. Film yang berupaya seimbang dalam berbagi bahwa pernikahan adalah sebuah kondisi yang menyenangkan dan juga tidak menyenangkan. Di sisi lain, membantu memahami, bahwa perceraian merupakan proses yang rumit dan melelahkan—meski harus ditempuh oleh beberapa pasangan. Penokohan Scarlett Johansson sebagai Nicole dan penokohan Adam Driver sebagai Charlie, pasangan suami-istri yang tengah bercerai, kuat dan emosional sekali dalam caranya masing-masing. Sebuah film yang perlu ditonton oleh penonton yang masih menaruh perhatian pada isu pernikahan dan perceraian.


Adegan Berkesan
Adegan di awal film yang menceritakan pandangan masing-masing tentang pasangannya, dari sisi yang baik dan berkesan bagi mereka. Ternyata, setelah alur semakin jauh, hal itu dilakukan sebagai upaya mereka menjalani konseling pernikahan sebelum memutuskan untuk bercerai—yang ternyata tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan.

______________________

Beberapa judul yang sebenarnya sangat ingin saya tonton tapi karena satu-dan-lain-hal, akhirnya belum kesampaian untuk saya tonton, termasuk Frozen II; Kim Ji-Young, Born 1982; Little Women; dan Pokemon Detective Pikachu. Namun, 20 judul film rasanya juga sudah cukup banyak untuk 2019 dan untuk dikilas-balik disini. Tahun baru ini, segera kita lihat, akan ada film menarik apa, yang disiapkan di 2020.

No comments:

Powered by Blogger.