Merida, Feminist Icon From Disney Princess


Jujur saja, selama ini, saya tidak pernah menemui sesama teman yang suka dengan toko Merida, dari Disney Princess. Mungkin Merida memang kurang terkenal, dibandingkan dengan ke-10 official Disney Princess lainnya. Sebut saja mulai dari yang tertua Snow White, lalu Cinderella, Aurora, Ariel, Belle, Rapunzel, Jasmine, Mulan, Pochantas, sampai Tiana. Bahkan, Elsa atau Moana, yang tidak dikategorisasikan Disney ke dalam 11 official princesses-nya, sepertinya lebih terkenal dari Merida, haha. Tidak percaya? Lihat saja toko boneka yang menjual merchandise Disney Princess. Dapat menemukan Merida di antaranya akan jadi cukup langka.


Sebenarnya bisa dimaklumi. Dari ke-11 official Disney Princess ini, memang Merida adalah salah satu tokoh Princess yang dianggap cukup kuat menyimbolkan semangat feminisme—selain Mulan, yang juga mendobrak batas-batas gender dengan menyamar dengan berpenampilan sebagai seorang (prajurit) laki-laki (meski saya tidak bisa mengatakan yang lain tidak feminist—tergantung dilihat dari sudut pandang mana—dan jelas, tidak ingin me-ranking-kan mereka). Namun, Merida memang cukup ekstrim berbeda, setidaknya dalam dua hal utama yang sepertinya mutlak untuk dimiliki (cerita) para tokoh Disney Princess ini: pertama, penampilan yang tidak se-feminin itu, dan kedua, ketidakterlibatannya dalam cerita cinta & romantisme di sepanjang kisahnya. Sayangnya dan sedihnya, para (anak) perempuan terlalu banyak dicekoki patriarkhi untuk kedua hal ini. “Seorang tuan putri” memiliki tuntutan harus cantik dan harus menanti pangeran berkuda putih, aw.

Jadi, ketika saya menemukan teman baru yang sama-sama menggemari tokoh Merida, rasanya wah! sendiri. Apalagi, dengan alasan yang mirip dengan alasan saya. Lalu suatu kali, kami sama-sama random memasang wallpaper Merida di smartphone masing-masing tanpa janjian, untuk menyemangati diri sendiri. Ya, Merida memang lebih dari sekedar tokoh kartun dengan cerita seru. Dia menginspirasi banyak sekali. Merida adalah feminist icon saya.

Berikut ada 6 alasan mendasar mengapa saya sangat mengagumi tokoh Merida dari Disney Princess.


1. Merida mendobrak batas-batas gender yang mendiskriminasi
Siapa bilang anak perempuan tidak boleh berkuda, hobi dan ahli dalam memanah, unggul dalam berpedang, dan suka berpetualang ke luar rumah? Pun tentang sikap duduk dan cara berperilaku yang dituntut harus lebih “sopan”, “anggun”, dan “bertata-krama” dibandingkan laki-laki? Masa laki-laki boleh semaunya saja dan perempuan tidak? Itu jelas diskriminasi. Merida berani protes akan hal ini. Ia bersikap apa adanya. Dia merasa itu tidak benar dan tidak masuk akal, maka ia melawan demi keadilan dan kesetaraan.


2. Merida menyimbolisasi woman-can-be-everything, tanpa melepas sisi feminitasnya
Tidak bermaksud membandingkan untuk maksud jelek (keduanya memiliki keunikan dan kekhasannya sendiri dalam alur cerita masing-masing), tapi di satu sisi, Merida memang tidak seperti Mulan yang berpenampilan seperti seorang laki-laki sepenuhnya untuk menyamar sebagai tentara kerajaan China. Merida tetap tidak kehilangan sisi ‘‘feminin’’-nya, dalam gaun biru dan rambut panjang yang keriting. Saya secara pribadi, lebih menyenangi pilihan ini. Namun, semangatnya untuk mendobrak batas-batas gender tak diragukan sama teguhnya dengan Mulan.


3. Merida menantang standar-standar kecantikan bagi perempuan
Tidak ada yang salah dengan curly hair yang bagi beberapa orang terlihat berantakan dan tidak cantik seperti rambut lurus panjang (yang sudah menjadi salah satu standar sosial bagi perempuan ‘cantik’). Perempuan tidak perlu repot berdandan dan bersolek, jika karena terpaksaan akibat tekanan dan tuntutan sosial semata. Perempuan seharusnya bebas berpenampilan, seturut apa yang membuatnya nyaman dan aman.


4. Merida adalah Disney Princess pertama yang tidak terlibat kisah cinta sama sekali
Ya, ia nyaris dijodohkan karena pernikahan politik—tapi Merida menunjukkan ketangguhan niatnya untuk melawan, karena ia masih sangat muda dan masih banyak hal yang ia ingin pelajari-dalami selain terjebak dalam tanggung jawab pernikahan dini. Sosok Merida mengajarkan anak perempuan untuk tidak fokus pada romantisme, yang selama ini digaungkan seperti mutlak menjadi tujuan yang harus dikejar setiap perempuan (termasuk dalam Disney Princess, sebelum merevisi alur cerita tokoh-tokoh selanjutnya sesuai perkembangan zaman yang meredefenisi keperempuanan—sampai akhirnya, kita bisa menemukan cerita yang mirip pada Elsa & Moana, yang juga dikisahkan tanpa sosok “pangeran tampan berkuda”).


5. Kisah Merida dalam Brave (2012) menuturkan tentang kedua generasi perempuan yang sangat berbeda, tetapi pada akhirnya saling percaya bahwa adaptasi dan pemahaman akan satu sama lain adalah jawaban
Fokus cerita Merida dalam Brave adalah pertentangannya dengan sang ibu yang masih sangat tradisional dalam pemikiran, yang memegang peran gender (gender roles) lama dengan sangat kukuh—sampai mengatur dan membatasi dunia Merida yang lebih kompleks dari peran gender tersebut. Merida mewakili generasi perempuan muda, yang mencoba menawarkan pemikiran baru tentang gender roles yang lebih fleksibel, setara, dan tidak diskriminatif. Sayangnya, keduanya sempat terlibat konflik yang merugikan kedua belah pihak. Namun pada akhirnya, kedua perempuan ini bisa saling memahami satu sama lain setelah konflik itu dan plot twist di sepanjang cerita.


6. Kisah Merida dalam Brave (2012) menceritakan tentang destiny, & bravery
Yang mana, bagi saya penting untuk dipahami, dicari, dan ditemukan oleh setiap orang—tak terkecuali para perempuan. Life purpose, atau tujuan hidup, bukan hanya milik laki-laki, yang katanya berkewajiban memimpin keluarga. Merida, adalah salah satu tokoh perempuan yang sangat menginspirasi dalam keberaniannya untuk berkelana dalam menemukan destiny ini.

_________________________ 
Saya harus mengakui bahwa saya memang menyenangi cerita Disney Princess lewat layar televisi sedari kecil. Saya hapal dengan nama dan kisah mereka masing-masing. Namun, sampai sebelum tokoh Merida diciptakan dan dipublikasikan Disney pada 2012, saya menikmati cerita Disney Princess hanya sekedar. Sekedar keseruan melihat tokoh perempuan menjadi pemeran utama dalam film (ya, masa harus laki-laki saja yang menjadi tokoh utama?) dan tentu, gaun-gaun yang berdesain bagus itu, haha (saya bercita-cita menjadi fashion designer ketika kecil). Saya justru tidak terlalu mendalami kisah romantisme di dalamnya (mungkin itu kenapa tercekoki Disney Princess sejak kecil ternyata tidak membuat saya berkeinginan menantikan seorang pangeran berkuda atau pernikahan). Setelah sosok Merida dihadirkan Disney sebagai salah satu official Disney Princess, saya merasa klop sekali. Karena banyak hal dari Merida yang sangat amat relatable dengan saya. Ya, keenam poin di atas tadi itu.

“There are those who say fate is something beyond our command. That destiny is not our own. But I know better. Our fate lives within us. You only have to be brave enough to see it.”
– Princess Merida (Brave, 2012)

Jadi, kamu sudah nonton Brave (2012) dan menyimak kisah Merida belum? Kalau belum, film ini adalah salah satu film dari Disney Princess yang saya sangat rekomendasikan untuk ditonton J

No comments:

Powered by Blogger.