Spiritualitas, Sebuah Perjalanan
Spiritualitas
adalah sebuah perjalanan. Kita mungkin masih di tengah jalan, masih separuh
perjalanan. Salahnya, kita lebih sering menoleh ke belakang, bukan memandang
jauh ke depan. Kita berpuas diri. Kita jadi sok tahu. Kita bersombong hati.
Kita remeh terhadap mereka yang rasanya belum menempuh jarak sejauh kita ini.
Kita tak sadar bahwa perjalanan kita sendiri lebih panjang daripada ekspektasi.
Photo by Sebastien Gabriel on Unsplash |
Spiritualitas
sebenarnya adalah sebuah perjalanan. Masing-masing harus menempuh jalannya
menuju Tuhan. Atau mungkin lebih tepat, berjalan sambil menunggu Tuhan
menemukan. Di tengah perjalanan mungkin bertemu pengelana yang bertujuan sama, kesusahan
atau kehausan. Sesama pengelana hanya bisa mengintervensi sedikit dengan
pertolongan apa adanya. Hei, kita bukan pahlawan. Kita bukan pemilik jalan,
bukan juga pemilik perjalanan. Kita hanya orang yang berjalan, dengan sebuah
tongkat di tangan.
Spiritualitas
adalah sebuah perjalanan. Perjalanannya bisa saja tak mulus, tak lurus. Kita
mungkin tersesat, kita mungkin salah arah, kita mungkin lelah, kita mungkin
ingin menyerah. Kita mungkin dimanfaatkan sesama pengelana lain untuk
kepentingannya, kita mungkin dikhianati. Kita mungkin lama menemukan Tuhan, suatu
waktu kita mungkin tak bisa melihatnya sama sekali. Bagaimanapun, spiritualitas
adalah sebuah perjalanan. Kita perlu menikmatinya sebagai sebuah perjalanan.
Bersemangat, tapi tidak terburu-buru, tidak tergesa-gesa. Jika lelah kita hanya
butuh berhenti, beristirahat. Tapi jangan mundur kembali. Jika kita terus
berjalan, bahkan setelah istirahat dari kelelahan, kita akan menemukan yang
layak untuk kita temukan dan yang layak untuk menemukan kita. Tujuan. Tuhan.
Spiritualitas
sebenarnya adalah sebuah perjalanan. Kita larut dalam perasaan kadang-kadang.
Kita menangis dan tertawa, kita sedih, kita putus asa, kita bahagia. Tujuan
kita adalah Tuhan dan tujuan itupun adalah mimpi kita. Mimpi yang bisa dicapai
justru jika mata kita tetap terbuka. Kita tidak boleh lupa, baik tujuan maupun
mata yang terbuka. Karena banyak yang memilih untuk menutup mata, terhadap
tujuan yang sebenarnya—lalu menoleh ke belakang. Disana ia lupa bahwa ia punya
perjalanan untuk dilanjutkan, dan lupa bahwa ia sendiri belum sampai pada
tujuan. Namun, ia mulai ribut merecoki dan meneriaki pengelana lain, yang
kepayahan menempuh perjalanan di belakang. Dengan penilaian dan penghakiman
yang seperti batu sandungan.
Spiritualitas
adalah sebuah perjalanan.
Kita
pengelanannya.
Tuhan tujuannya.
Kehidupan adalah
jalannya.
Harapan, bekal utama
kita.
Semoga, tak ada lagi batu sandungan.
Semoga, tak ada lagi batu sandungan.
p.s. :
Cikarang, Januari 2017
Dari
seorang pengelana kepada seluruh pengelana
Dengan
harapan agar bekal kita tidak habis di sepanjang perjalanan
Dengan
harapan agar kita bisa sampai di tujuan. Siapapun kita.
Salam
perjalanan. Enjoy journey.
No comments: