Cerita Tentang Kaktus: Hope & Perseverance
Ini adalah cerita tentang dua kaktus.
Kaktus-kaktus yang adalah milik saya, hadiah pemberian dari dua rekan di
kantor. Yang pertama, saya sematkan nama "Hope" dan yang kedua, saya
sematkan nama "Perseverance". Keduanya hidup bersama saya dalam masa
yang berbeda. Saya menuliskan ini sebagai pengingat akan mereka.
Hope
Hope, itu nama kaktus saya yang
pertama. Itu kali pertama keinginan saya untuk mencoba memelihara kaktus
akhirnya bisa terealisasi. Saya menamakannya Hope, sebagai pengingat. Bahwa
hidup harus memiliki harapan untuk mampu melihat masa depan dengan iman, yang
sebenarnya belum bisa kita lihat dengan mata sendiri.
Saya mengurus Hope setiap hari. Minum
air dan sinar matahari. Ia terlihat sehat-sehat saja sampai suatu kali kejadian
itu terjadi. Saya menitipkan Hope di teras pos satpam di kantor saya, untuk
dijemur demi sinar matahari, agar tetap terlindung di bawah atapnya, jaga-jaga
jika hujan tak bisa ditebak turun tiba-tiba. Saya lupa membawa pulang Hope hari
itu, sampai akhir pekan berlalu dan saya harus meninggalkan Cikarang dan pulang
ke Depok. Ketika senin datang, saya mencari Hope, saya tidak menemukannya sama
sekali. Saya menyerah, saya pikir, Hope sudah diambil orang. Suatu kali,
seminggu telah berlalu, dan seorang Bapak Security baik hati menanyakan saya
apakah saya pernah menitip kaktus di pos satpam. Saya kaget. Ternyata, Hope
masih ada. Hanya saja, akibat tak diberi minum sekian lama, warnanya sudah
berubah kekuning-kuningan dan saya tidak yakin apakah Hope masih bisa
diselamatkan lagi. Meski begitu, saya masih mengusahakannya. Memberi minum
setiap hari dan sinar matahari. Sayang, akhirnya saya harus menyerah saat
menyadari bahwa Hope telah mati. Saya hanya memiliki sisa-sisa batu dan potnya
sampai saat ini.
Kejadian kematian Hope mengawali
perenungan saya mengenai harapan. Hope. Saya pikir, harapan bisa mati jika kita
lengah menjaganya setiap hari. Harapan harus dihidupi setiap hari. Ada kalanya
kita berpikir kita tak lagi memiliki harapan karena suatu keadaan, dan
sebenarnya itu tidak benar. Kita masih dan selalu memiliki harapan, hanya saja
harapan itu mungkin memang tak bisa kita lihat. Kita perlu untuk beriman,
sekaligus berusaha. Sampai harapan kita menghasilkan sesuatu yang baik di masa
depan yang kita nantikan dan rindukan, jangan menyerah akan pengharapan itu.
Realistisnya, tadinya mungkin kita melihat masa depan dengan harapan yang baik.
Harapan itu menolong kita untuk bertahan, mengusahakan masa depan. Namun
mungkin di tengah jalan, keraguan-kebingungan-dan-kebimbangan menerpa (harapan)
kita. Itulah keadaan sulit. Keadaan sulit bisa mengubur dan menyembunyikan
harapan kita sampai kita kehilangan. Lalu, tanpa harapan, bagaimana kita bisa
tetap melangkah menuju masa depan dengan iman?
Perseverance
Perseverance, itu kaktus kedua saya. Ia
terlihat lebih sederhana dari Hope, tapi saya juga menganggapnya istimewa. Jika
Hope terlihat indah, Perseverance terlihat tangguh. Saya menamakannya
Perseverance, juga sebagai pengingat. Bahwa hidup membutuhkan ketekunan, untuk
melalui setiap langkah perjuangan di dalamnya, yang tak bisa dikatakan selalu
mudah.
Seorang rekan lain yang memiliki banyak
kaktus di rumahnya menghadiahkan saya Perseverance setelah saya kehilangan
Hope. Perseverance kemudian menjadi tugas saya yang baru. Minum setiap hari dan
sinar matahari. Sampai suatu ketika, saya akhirnya memilih untuk menjemur
Perseverance di rumah kos saja. Pagi itu, saya ingat saya meletakkan
Perseverance di teras depan, untuk dijemur dan ditinggal selama saya pergi ke
kantor. Sayangnya, Perseverance hilang ketika saya mencarinya sore itu. Saya
sudah mencari keras, kalau-kalau ia jatuh ke semak yang tidak bisa saya lihat,
tapi Perseverance memang tidak ada. Sepertinya ia memang diambil orang. Rumah
kos saya memang berada di dalam sebuah cluster yang setiap rumah terbuka
seperti model amerika, tanpa pagar sama sekali. Siapa saja bisa masuk ke teras
rumah siapa saja. Sampai saat ini, saya kehilangan Perseverance.
Kehilangan Perseverance juga mengajari
saya sesuatu, perenungan tentang ketekunan. Perseverance. Saya pikir, ketekunan
juga harus dijaga setiap saat. Ketekunan harus dipertahankan, agar terus
berdenyut, beririma. Mengawal perjuangan kehidupan yang tak bisa dilalui dengan
sekedar biasa-biasa saja. Hati-hati, ketekunan rentan dipengaruhi orang lain.
Orang lain bisa "mencuri" ketekunan kita, sehingga kita kehilangan.
Realistisnya, ketika orang-orang mungkin merespon atau berkomentar negatif
tentang apa yang kita lakukan dalam ketekunan. Realistisnya, ketika orang-orang
mungkin tak mendukung, bahkan menentang ketekunan kita. Realistisnya, ketika
orang-orang mungkin berpendapat berbeda, yang kita biarkan mempengaruhi
ketekunan kita, karena kita tidak punya pagar pelindung untuk mempertahankan
ketekunan kita. Lalu tanpa ketekunan, bagaimana perjuangan bisa dilanjutkan
dengan berkemenangan?
Oh, ayolah. Jangan biarkan kondisi
apapun mengambil pengharapan masa depanmu. Ayolah, jangan biarkan orang manapun
meruntuhkan ketekunan perjuanganmu. Anggaplah itu hanya pencobaan kehidupan
yang bisa dilalui, tanpa harus ada pengalaman kehilangan pengharapan atau
ketekunan. Jagailah mereka, harapan dan ketekunan itu, tetap ada dan tetap
hidup.
Jagailah harapanmu, agar harapan itu
tetap memantapkan langkahmu melihat dan melangkah menuju masa depan. Jagailah
ketekunanmu, agar ketekunan itu terus mengawal setiap perjuangan kehidupanmu,
sampai tiba pada akhirnya. Sebuah kemenangan. Sebuah akhir cerita yang indah,
happy ending, dengan dua buah kata sebagai penutupnya. "Well done."
p.s.
:
Tulisan ini sebagai pengingat sekaligus
ucapan perpisahan untuk dua kaktus saya, Hope & Perseverance. Saya
bersyukur karena kehadiran mereka di dalam hidup saya, meski singkat, telah
dipakai Tuhan mengajari saya sesuatu. Perenungan penting bagi saya ini, yang
selalu mengingatkan saya, untuk tidak menyerah. Kehilangan mereka bukan berarti
saya kehilangan harapan dan ketekunan saya yang sebenarnya kan. Justru
kehilangan mereka mengajarkan saya untuk lebih tangguh menjagai harapan dan
ketekunan yang sebenarnya itu. Saya bersyukur kepada Tuhan :')
Bible
Reference :
Amsal 23:18. Karena masa depan sungguh
ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
Ibrani 10:23 TB. Marilah kita teguh
berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang
menjanjikannya, setia.
Yakobus 1:2-4 TB. Saudara-saudaraku,
anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya
kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
Ibrani 10:36 TB. Sebab kamu memerlukan
ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa
yang dijanjikan itu.
Roma 5:3-5 TB. Dan bukan hanya itu saja.
Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan
tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena
kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita.
No comments: