Refleksi: Satu-Satunya Yang Abadi Adalah Perubahan
"Tidak ada yang abadi di dunia ini.
Satu-satunya yang abadi
di dunia ini hanyalah perubahan."
Seperti
itu kira-kira, yang pernah dikatakan seorang guru saya ketika saya duduk di
penghujung bangku sekolah menengah atas. Saya mengingat waktu itu, setelah
mendengar kalimat ini dari guru saya, saya tertegun. Saya lupa guru saya
mengutip dari tokoh siapa, tapi yang penting apa yang dikutip merupakan sebuah
perenungan yang menahun bagi saya.
Pernahkah
kalian berpikir tentang keabadian? Ini bukan tentang surga. Ini tentang dunia,
tentang apa yang abadi di dunia yang tak maya ini. Pernahkah kalian merenung?
Tentang apa yang tak abadi?
Apa
yang tak abadi? Rencana dan strategi terlaksana, berganti ketika habis masa.
Hari-hari lalu pergi. Tahun-tahun lewat. Semuanya berjalan dalam irama
angka-angka yang senantiasa dihitung di lembar-lambar kalender. Kekayaan bisa habis.
Kepopuleran bisa surut. Kebanggaan bisa redup. Kepuasan bisa berkurang.
Keinginan bisa terpenuhi, dan kemudian berganti muncul lagi. Yang disebut cinta
bisa berubah semu, kaku, pura-pura tak di-aku. Manusia-manusia bergilir menutup
dan membuka matanya, lahir dan mati. Tempat tinggal mungkin berpindah. Cuaca
berubah. Pendidikan, pekerjaan naik level. Talenta dan bakat-bakat berkembang.
Relasi-relasi berubah. Yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi dekat. Yang
baru ditemui. Yang lama kadang terlupakan.
Kenangan
juga, ikut menjadi tak abadi. Seiring memutihnya helai-helai rambut dan
menuanya usia. Kenangan terlupa, terkubur, tersimpan, dalam masa muda yang
sudah lewat di generasi waktu yang tertinggal di belakang.
Apa
yang tak abadi? Tak ada. Semua yang tak abadi berubah.
Apa
yang tak abadi terlalu banyak.
Apa
yang tak abadi nyaris tak bisa terhitung.
Apa
yang tak abadi bisa dibilang,
adalah semuanya,
adalah semuanya,
Kecuali,
satu : perubahan.
Perubahan
adalah satu-satunya yang abadi di tengah segala hal yang larut dalam ketidakabadian
di muka bumi ini.
Akhirnya,
jangan berharap pada apa yang tak abadi dan jangan juga sesali apa yang tak
abadi. Apa yang berganti. Apa yang berubah. Ritme alur kehidupan manusia memang
begitu. Nikmati saja perubahan yang abadi, dalam setiap detailnya, dalam setiap
denyutnya, dalam setiap gerakannya. Dalam keseluruhan prosesnya. Dan,
bersyukur. Karena masih ada yang abadi di tengah dunia yang tak mengenal
keabadian ini. Setidaknya kita bisa terus belajar akan perubahan dari apa saja
yang ternyata tak abadi itu. Kehidupan yang tak abadi memang harus dihadapi
dengan berani.
No comments: