Imajinasi Dalam Ruang Pause
© Saya masuk ke
sebuah ruangan dengan posisi berjalan mundur, menutup kedua pintu, pun menguncinya, rapat. Terus
berjalan mundur sampai duduk di pinggir tempat tidur yang berada di
tengah-tengahnya, menarik dan menghela nafas dengan ritme perlahan, lalu menutup mata. Semua jendela (ya,
ruangan itu memiliki begitu banyak jendela) tertutup bersamaan, serentak
seirama. Ruangan itu sekarang tertutup sepenuhnya. Saya merasa aman, nyaman. Tersembunyi
dan terlindungi. Ketika saya membuka mata kembali, semua jendela dan pintu
masih rapat tertutup. Tersenyum, puas, saya bangkit dari tempat tidur dan berjalan
menjauhi pintu masuk, berjalan lurus ke sisi lain ruangan di seberang pintu.
Saat itu seketika, di depan saya tercipta sebuah hutan hijau luas dengan langit
biru dan suasana sejuk yang tenang. Begitu alami. Hanya ada saya di dalam
semuanya. Saya masuk melangkah ke dalamnya. Meninggalkan keributan di belakang,
di luar pintu, di luar ruangan itu, dan menyambut bagian terbaik dari waktu
sendirian saya. Imajinasi ketika sekeliling rasanya ribut sekali dan saya benar-benar
perlu sejenak menarik diri.
© Saya sedang duduk
di atas sebuah ayunan kayu di bawah pohon hijau rindang, dengan bentangan bukit
hijau dan padang rumput di sekitarnya. Saya mengayun, santai dan bahagia. Angin
berhembus lembut, menerpa wajah dan rambut. Saya tersenyum. Membuka mata dan
melihat warna hijau yang menenangkan di sekeliling saya, hijau dan segar sejauh mata dapat
memandang. Bunga warna putih dan kuning ikut menghias di beberapa selanya.
Tampak seperti lukisan yang sangat luas bagi saya, meski sederhana. Saya terus
mengayun, menikmati angin dan gerakan sendiri. Menikmati sentuhan rerumputan di kaki. Hanya ada saya disana, di
tengah-tengah segala, sendiri dan bahagia. Imajinasi ketika situasi yang dihadapi
terasa terlalu complicated dan saya perlu mensimplifikasi.
© Saya sedang berada
di sebuah taman gantung di lantai paling atas gedung yang paling tinggi
di kota itu, sendiri. Dari ketinggian itu, angin berdesir cukup kuat tapi
pandangan saya tetap. Menangkap lanskap luas menakjubkan di hadapan saya.
Dengan rumah-rumah dan gedung-gedung. Yang berderet menyusun diri melengkapi
satu sama lain, menciptakan harmoni perkotaan yang sulit dijelaskan. Di
atasnya, langit memadu biru dan putih menjadi satu. Begitu luas, tak terbatasi
apapun. Saya menarik nafas dan menghembuskannya kembali perlahan, penuh kelegaan. Melihat
semuanya ini membuat saya merasa begitu bebas, begitu luas, begitu lega. Imajinasi
ketika overthinking menyiksa dan saya perlu melebarkan-meluaskan persepsi.
© Saya sedang
berdiri di pinggir pantai yang sepi orang. Hari masih pagi, matahari sudah
menggantung tapi belum terlalu panas terasa. Butiran pasir hangat yang kering
menyentuh lembut di kaki saya yang telanjang. Saya memandang jauh ke depan. Di
depan saya, lautan luas terpampang jelas. Biru dan jernih, namun semakin jauh
semakin pekat tak terselami. Gradasi warnanya seperti keajaiban, dengan
semburat hijau toska di tengah-tengah. Ombak menggulung bersama angin,
terus-menerus, berganti-gantian berbalas-balasan menciptakan gelungan-gelungan
kecil dengan suara hempasan yang khas kehidupan pinggir lautan. Beberapa burung
yang tak saya kenal jenisnya terbang di atasnya. Memberi guratan lukis lain di
langit pagi yang biru sebiru lautan yang tenang. Garis bundar yang menjadi
batas pertemuan langit dan laut di ujung pandangan membuat saya terpana. Saya mengangkat sedikit kepala dan menikmati
segala. Aroma laut akrab memenuhi indera, bersama desir ombak yang bersuara
lembut di telinga dan pasir yang memeluk hangat kaki saya. Saya merentangkan
tangan dan menyatukannya di udara. Rasanya begitu cerah. Laut dan langit biru
selalu menakjubkan dan mengherankan saya, pun menghibur dan menyapa. Imajinasi
ketika rasanya penat dan penuh sekali dan saya perlu sejenak menenangkan diri
dalam relaksasi.
Ada kalanya kita butuh
masuk ke ruang pause. Saat rasanya ribut, penuh, atau rumit sekali. Saat
rasanya kita exhausted dan burned out. Di ruang pause, kita
mengambil waktu untuk menarik-menghela nafas. Di ruang pause, kita mengambil
waktu untuk menjedakan diri. Dari penat, ribut, atau rumit yang hura-hara di
eksternal diri. Di ruang pause, kita melakukan netralisasi. Ruang pause adalah
cara kita untuk memfilterisasi diri. Dan
saya melakukan ini.
Imajinasi-imajinasi ini
semacam bagian dari cara mindfulness yang
saya ciptakan sendiri dan sangat membantu saya. Membayangkan sesuatu yang
membuatmu tenang, santai, atau bahagia, benar-benar menolong di masa-masa sulit
kehidupan. Tak peduli dimana, tak peduli kapan, imajinasi bisa menolong
menenangkan diri. Langit dan lautan, ketinggian dan kesendirian, bagi saya,
adalah bagian terbaik dari itu semua.
Ada kalanya saya
memadukan semuanya. Kita tak selalu harus sekaku itu juga untuk menetapkan satu
imajinasi khusus untuk satu kondisi. Yang terpenting imajinasi bisa sepenuhnya
menolong menjernihkan diri, menjadi cara unik untuk kita mencintai dan merawat
diri sendiri.
Jadi, apa imajinasimu
yang bisa membantu di saat-saat kau butuh? :)
No comments: