Refleksi: Satu-Satunya Yang Abadi Adalah Perubahan

April 20, 2014

"Tidak ada yang abadi di dunia ini. 
Satu-satunya yang abadi di dunia ini hanyalah perubahan."

Seperti itu kira-kira, yang pernah dikatakan seorang guru saya ketika saya duduk di penghujung bangku sekolah menengah atas. Saya mengingat waktu itu, setelah mendengar kalimat ini dari guru saya, saya tertegun. Saya lupa guru saya mengutip dari tokoh siapa, tapi yang penting apa yang dikutip merupakan sebuah perenungan yang menahun bagi saya.

Pernahkah kalian berpikir tentang keabadian? Ini bukan tentang surga. Ini tentang dunia, tentang apa yang abadi di dunia yang tak maya ini. Pernahkah kalian merenung? Tentang apa yang tak abadi?


Photo by Silvestri Matteo on Unsplash

Apa yang tak abadi? Rencana dan strategi terlaksana, berganti ketika habis masa. Hari-hari lalu pergi. Tahun-tahun lewat. Semuanya berjalan dalam irama angka-angka yang senantiasa dihitung di lembar-lambar kalender. Kekayaan bisa habis. Kepopuleran bisa surut. Kebanggaan bisa redup. Kepuasan bisa berkurang. Keinginan bisa terpenuhi, dan kemudian berganti muncul lagi. Yang disebut cinta bisa berubah semu, kaku, pura-pura tak di-aku. Manusia-manusia bergilir menutup dan membuka matanya, lahir dan mati. Tempat tinggal mungkin berpindah. Cuaca berubah. Pendidikan, pekerjaan naik level. Talenta dan bakat-bakat berkembang. Relasi-relasi berubah. Yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi dekat. Yang baru ditemui. Yang lama kadang terlupakan.

Kenangan juga, ikut menjadi tak abadi. Seiring memutihnya helai-helai rambut dan menuanya usia. Kenangan terlupa, terkubur, tersimpan, dalam masa muda yang sudah lewat di generasi waktu yang tertinggal di belakang.

Apa yang tak abadi? Tak ada. Semua yang tak abadi berubah.

Apa yang tak abadi terlalu banyak.
Apa yang tak abadi nyaris tak bisa terhitung.
Apa yang tak abadi bisa dibilang,
adalah semuanya,


Kecuali, satu : perubahan.
Perubahan adalah satu-satunya yang abadi di tengah segala hal yang larut dalam ketidakabadian di muka bumi ini.


Akhirnya, jangan berharap pada apa yang tak abadi dan jangan juga sesali apa yang tak abadi. Apa yang berganti. Apa yang berubah. Ritme alur kehidupan manusia memang begitu. Nikmati saja perubahan yang abadi, dalam setiap detailnya, dalam setiap denyutnya, dalam setiap gerakannya. Dalam keseluruhan prosesnya. Dan, bersyukur. Karena masih ada yang abadi di tengah dunia yang tak mengenal keabadian ini. Setidaknya kita bisa terus belajar akan perubahan dari apa saja yang ternyata tak abadi itu. Kehidupan yang tak abadi memang harus dihadapi dengan berani.

No comments:

Powered by Blogger.